Masa pandemi COVID-19 menyulitkan para pelaku usaha daring untuk melakukan ekspor ke Malaysia dan Singapura
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) bekerja sama dengan Bukalapak menyelenggarakan lokakarya di Jakarta, dengan tema “Peluang Pasar Singapura dan Malaysia di tengah Pandemi”.

Lokakarya dilakukan secara virtual bagi pelapak binaan Bukalapak dari beberapa daerah di Indonesia.

“Lokakarya merupakan upaya Kementerian Perdagangan dalam memberikan stimulus nonfiskal bagi pelaku usaha Indonesia, berupa informasi peluang ekspor yang dapat dimanfaatkan pelaku niaga elektronik di pasar,” kata Plt. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor (PEN) Kasan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Lokakarya yang diikuti sekitar 40 peserta pelaku usaha di Jabodetabek. Lokakarya dihadiri Atase Perdagangan Kuala Lumpur dan Atase Perdagangan Singapura, serta Tim Bukalapak sebagai narasumber.

“Masa pandemi COVID-19 menyulitkan para pelaku usaha daring untuk melakukan ekspor ke Malaysia dan Singapura karena beberapa negara menerapkan status lockdown. Namun, hal ini bukan menjadi penghalang bagi calon pelapak daring dalam melihat peluang ekspor ke negara-negara dimaksud. Lokakarya ini merupakan bentuk pembinaan bagi calon pelapak yang dilakukan sebagai solusi di tengah pandemi COVID-19,” ujar Kasan.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan menyampaikan Malaysia dan Singapura merupakan mitra perdagangan penting bagi Indonesia, meskipun pandemi ini akan mengurangi nilai ekspor Indonesia ke kedua negara tersebut.

“Jarak Indonesia, Malaysia dan Singapura tidak terlalu jauh. Hal ini menjadi competitive advantage tersendiri karena selera konsumen yang tidak begitu berbeda dan harga produk Indonesia yang relatif terjangkau. Para pelaku usaha Indonesia harus memanfaatkan hal ini sebagai peluang ekspor di tengah masa pandemi melalui promosi daring," terang Marolop.

Atase Perdagangan KBRI Kuala Lumpur Rifah Ariny mengungkapkan saat ini Malaysia menerapkan larangan berkerumun di luar rumah. Sehingga masyarakat Malaysia lebih banyak menggunakan niaga-el dan pembayaran nontunai dalam bertransaksi.

“Sebenarnya sebelum adanya lockdown di Malaysia, tren belanja daring sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 81 persen. Namun dengan adanya lockdown tentunya akan mendorong transaksi daring menjadi lebih tinggi. Yang perlu diperhatikan bagi para pelaku usaha Indonesia dalam memasarkan produknya ke Malaysia adalah harga, fungsi, masa kedaluwarsa, dan aturan lartas untuk ekspor dan impor,” jelas Rifah.

Senada dengan Atdag Kuala Lumpur, di Singapura belanja daring merupakan hal yang sangat umum dan terus menunjukkan tren peningkatan di masa pandemi.

“Terdapat banyak peluang bagi pelaku usaha Indonesia yang ingin memasarkan produknya ke pasar Singapura di tengah masa pandemi ini. Terutama bagi pebisnis makanan, minuman, alat kesehatan, peralatan olahraga, dan hiburan karena permintaan selama wabah ini menunjukkan tren peningkatan," kata Atase Perdagangan KBRI Singapura Rumaksono.

Sementara itu, Vice President of Merchart PT Bukalapak Kurnia Sofia menambahkan di tengah masa sulit ini, pemasaran melalui niaga-el merupakan salah satu jawaban dalam transaksi perdagangan di seluruh dunia. Selama masa pandemi, nilai perdagangan niaga-el mengalami peningkatan dibanding penjualan di toko fisik.
“Dengan fitur BukaGlobal, Bukalapak akan membantu para calon pelapak yang ingin memanfaatkan peluang di tengah wabah COVID-19 dalam memasarkan produknya ke pasar Malaysia dan Singapura,” ujar Kurnia.

Baca juga: Kemendag: RI - ASEAN solid tangani perekonomian dari dampak COVID-19
Baca juga: Kemendag: Ekspor rumput laut ke Korea Selatan tetap berjalan
Baca juga: Fokus tangani COVID-19, Kemendag realokasi anggaran


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020