Tidak ada yang sempurna, tapi harus dicoba dulu, lihat mana yang sudah bagus dan mana yang harus dicoba lagi
Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan bahwa 86 persen perusahaan negara siap menerapkan protokol kenormalan baru (New Normal).

"Kita petakan dari awal, 86 persen BUMN siap, yang tidak siap kita pandu agar tidak bikin blunder di lapangan," ujar Menteri Erick dalam video konferensi di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan dalam menerapkan protokol COVID-19 di lingkungan BUMN, pihaknya tetap mengupayakan keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi.

"Yang namanya protokol COVID-19 harus seimbang, antara keselamatan kesehatan dan pelan-pelan juga menghidupkan ekonomi," ucapnya.

Ia mengatakan kesiapan BUMN menerapkan protokol kenormalan baru itu mengantisipasi pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah daerah.

"BUMN ada di setiap daerah, kalau tiba-tiba ada kelonggaran PSBB kita tidak bingung, pemerintah daerah punya keputusan masing-masing. Kita tidak mungkin PSBB longgar baru kita siapkan protokolnya," ucapnya.

Erick mengemukakan tiga poin penting dalam penerapan protokol kenormalan baru BUMN, yakni pola kerja yang fleksibel, penerapan kesehatan yang ketat, dan akselerasi teknologi.

"Tidak ada yang sempurna, tapi harus dicoba dulu, lihat mana yang sudah bagus dan mana yang harus dicoba lagi," katanya.

Ia menambahkan, kebijakan kenormalan baru di lingkungan BUMN juga berbeda-beda karena memiliki bisnis yang tidak sama.

Penerapan protokol kenormalan barudi lingkungan BUMN diprediksi memakan waktu hingga lima bulan ke depan, hal itu dikarenakan tidak mudah untuk mengubah kebiasaan. "Kesadaran adalah kuncinya," ucap Erick.

Sebelumnya, Deputi bidang SDM, Teknologi dan Informatika, Kementerian BUMN, Alex Denni mengatakan salah satu yang menjadi perhatian Kementerian BUMN adalah bagaimana mendorong ekonomi dengan kondisi kenormalan baru.

"Kegiatan bisnis akan mencari cara-cara baru dengan produk-produk baru, solusi-solusi baru yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjalani kehidupan dengan budaya yang baru. Inilah yang disebut kenormalan baru," ucapnya.

Saat ini, lanjut dia, masyarakat sedang berada di pertengahan zona bahaya (awal pandemi) dan kenormalan baru.

"BUMN diharapkan dapat menjadi pengaruh yang signifikan untuk menciptakan skenario kenormalan baru," ucapnya.

Baca juga: Menteri Erick: Sebanyak 90 persen BUMN terkena dampak COVID-19
Baca juga: Pengamat sosial sebut imbauan normal baru kala pandemi harus persuasif
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020