Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos Harry Hikmat meminta balai-balai di bawah Kementerian Sosial untuk meningkatkan Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi) guna kepentingan penerima manfaat.

"Saya mandatkan semua balai untuk melaksanakan Atensi, agar amanat Menteri Sosial untuk mewujudkan Balai-balai Rehabilitasi Sosial sebagai Show Window Kemensos terwujud," kata dia dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Sosial RI, balai rehabilitasi sosial perlu mengadaptasi kebijakan dan program Rehsos ini. Bisnis proses Atensi terdiri dari layanan pemenuhan kebutuhan dasar, terapi, perawatan/pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.

Baca juga: Kemensos siap dukung pembentukan Komisi Nasional Disabilitas

Saat ini tugas pemerintah pusat hanya fokus mengurusi kebijakan dan peraturan. Selain itu, pemerintah pusat juga bertugas melakukan kampanye isu-isu sosial dari lima klaster rehabilitasi sosial, yaitu anak, penyandang disabilitas, lanjut usia, korban penyalahgunaan Napza serta korban tuna sosial dan korban perdagangan orang atas usulan balai.

Sedangkan di balai-balai rehabilitasi sosial secara operasional melaksanakan Atensi, yaitu teknis layanan pemenuhan kebutuhan dasar, terapi, perawatan/pengasuhan sosial dan dukungan keluarga.

Contohnya di Balai Disabilitas "Melati" Jakarta yang menjalankan Atensi berupa terapi. Terapi yang diberikan berupa keterampilan berwirausaha, memproduksi barang-barang bernilai ekonomi.

Dirjen Rehsos melihat langsung penerima manfaat yang sedang menjalani keterampilan menjahit, las, pertukangan kayu dan gerabah. Keterampilan itu diberikan agar setelah selesai menjalani rehabilitasi di balai, Penerima Manfaat (PM) mampu mandiri dan bisa bekerja atau berwirausaha.

Baca juga: Bansos sembako Kemensos sentuh warga dan siswa SLB Bekasi

Begitu juga Atensi berupa perawatan/pengasuhan sosial. "Pastikan seluruh pegawai balai harus bisa berbahasa isyarat, karena ini akan berkaitan dengan perawatan dan pengasuhan sosial setiap PM," kata Harry..

Lain halnya di Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor yang merupakan balai bagi penyandang disabilitas fisik. Terdapat tujuh keterampilan yang diberikan, yaitu contact center, menjahit, komputer, desain grafis, elektro, pekerjaan logam dan otomotif.

Saat ini Balai Besar Vokasional "Cibinong" Bogor telah bekerja sama dengan perusahaan perbankan dalam hal penyediaan sumber daya manusia untuk posisi Contact Center. Perusahaan tersebut yaitu Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Indonesia, BRI, BCA, dan Astra Finance.

Dirjen Rehsos mengarahkan untuk memperluas kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Begitu fungsi dari balai vokasional yang fokus pada keterampilan pada bidang layanan yang diberikan.

Harry juga mengarahkan balai-balai untuk menambahkan jenis sertifikasi bagi PM, yaitu sertifikat kompetensi. "Balai harus membuat sertifikat kompetensi di bidang keterampilan yang ditekuni PM. Lebih bagus lagi jika ada kerja sama dengan pihak sertifikasi," ungkapnya.

Sertifikat kompetensi akan bermanfaat bagi mereka agar bisa melamar pekerjaan sesuai bidang keterampilan. Selain sertifikat kompetensi, balai-balai juga sudah memberikan sertifikat rehabilitasi sosial yang menunjukkan keberfungsian sosialnya telah membaik.

Selain itu, perlu juga upgrade sarana prasarana layanan seperti mesin cetak, mesin jahit dan mesin pendukung keterampilan yang disediakan di setiap balai.

Baca juga: Kemensos dan LKS lakukan rehabsos warga terlantar akibat COVID-19
Baca juga: Mensos minta pendamping PKH fokus percepat penanganan kemiskinan
Baca juga: Kemensos: Penyaluran bansos lebih cepat dan lebih banyak tepat sasaran

 

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020