Sampai 16 Juli belum ada indikasi adanya asap lintas batas
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak sembilan titik panas atau hotspot level konfiden tinggi terdeteksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan menggunakan citra satelit, di tiga daerah berbeda.

"Di Sumatera ada satu titik, itu di antara perbatasan Sumatera Barat dengan Riau," kata Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Dr Indra saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Selain itu, tiga titik panas juga terpantau oleh BMKG di daerah Jawa dan lima titik lainnya di Nusa Tenggara Barat.

"Jadi ada sembilan titik panas yang terpantau satelit Terra Aqua dan NOOA pada 16 Juli kemarin," ujar dia.

BMKG juga memantau atau mendeteksi titik panas namun tidak sampai pada level konfiden tinggi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

"Kalimantan Barat bagian barat ada tiga titik dan ada juga Kalimantan Tengah bagian utara," katanya.

Baca juga: BMKG: Titik panas di NTT-Lampung bukan karena karhutla

Untuk titik panas dengan tingkat kepercayaan sedang, BMKG mendeteksi 321 titik tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua, dan Maluku.

Ia mengatakan jika dilihat secara akumulatif nasional pada 15 Juli 2020 terdapat sembilan titik panas tetapi sebarannya juga terpantau di Sulawesi.

Sebaran titik panas tersebut terpantau di daerah-daerah yang sudah cukup lama tidak turun hujan.

Untuk daerah yang selama ini rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), BMKG belum menemukan titik panas.

Terkait dengan potensi asap lintas batas, Indra mengatakan hingga saat ini BMKG belum menemukan data atau indikasi yang menunjukkan hal tersebut.

Ia mengatakan daerah-daerah yang selama ini terjadi karhutla masih turun hujan sampai awal Juli kemarin, di antaranya sebagian besar Kalimantan, walaupun intensitasnya sudah mulai menurun.

"Sampai 16 Juli belum ada indikasi adanya asap lintas batas," ujarnya.

Baca juga: Dishut Sumsel cegah karhutla lewat "Si Pakar Hutan"
Baca juga: Tujuh titik panas terpantau di Nias Selatan-Sumut, sebut BMKG

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020