..mereka rame-rame naik ke gunung dengan modal sandal jepit tanpa alat lengkap, tanpa lapor ke posko dan ketika hilang baru keluarganya ngamuk mencari.
Makassar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gowa meminta para pendaki Gunung Bawakaraeng untuk menjaga kebersihan sebagai salah satu upaya mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Ini ditegaskan Kepala BPBD Gowa, Ikhsan Parawangsa di Makassar, Senin, lantaran banyak pendaki yang melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng jelang Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus.

"Itu sangat rawan, karena saat banyak orang naik ke gunung, mereka bisa seenaknya buang sampah sembarangan termasuk membuang puntung rokok dan lempar seenaknya, ini bisa memicu kondisi kebakaran hutan," urainya.

Selain itu, dia juga meminta kepada para pendaki yang didominasi mahasiswa untuk melengkapi peralatan agar bisa meminimalisir kecelakaan sebagai bekal selama pendakian. Termasuk tertib melapor ke pos penjagaan hutan dan Gunung Bawakaraeng.

Baca juga: Tiga pendaki Gunung Bawakaraeng hilang akhirnya ditemukan

Baca juga: 6.453 pendaki upacara kemerdekaan di Gunung Bawakaraeng


Sebab menurut Ikhsan, banyak dari para pendaki yang tidak dibekali peralatan lengkap saat mendaki, khususnya pendaki tanpa komunitas dan diperparah dengan minim pengalaman serta bimbingan oleh yang ahli.

Seperti tahun 2019 lalu, kata Ikhsan, ada sekitar 5.000 orang yang melakukan pendakian ke Gunung Bawakaraeng sementara hanya 1.0000 orang yang tercatat dan terdaftar oleh petugas.

"Mereka berlomba naik pas malam hari. Pendaki-pendaki bonek ini menjadi masalah juga karena sekarang sudah banyak, apalagi ini mendekati 17 Agustus, biasa mereka rame-rame naik ke gunung dengan modal sandal jepit tanpa alat lengkap, tanpa lapor ke posko dan ketika hilang baru keluarganya ngamuk mencari," katanya.

"Ada yang kena hipotermia, ada yang jatuh, ada yang patah tulang, padahal mereka tidak lapor dulu ke posko," sambungnya.

Ikhsan mengemukakan bahwa karhutla pernah terjadi di kaki Gunung Bawakaraeng pada tahun 2019 yang tidak lepas dari kelalaian manusia. Termasuk para pendaki yang tidak bijak terhadap sampah yang dihasilkan.

Terdapat dua lokasi kebakaran yang cukup parah yakni Lembanna sebelum naik ke wilayah Tinggi Moncong dan satunya lagi di dekat Tompo Bulu ke arah Kabupaten Sinjai.

Disebutkan tiga hal yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan, seperti aktivitas masyarakat yang membakar ladang, membuang puntung rokok sembarangan dan faktor alam, misalnya pada hutan bambu karena saling bergesekan kemudian itu menimbulkan percikan api yang akhirnya kondisi itu susah dipadamkan akibat angin bertiup kencang.

"Ada juga karena kecerobohan masyarakat yang merokok dan tiba-tiba lewat kemudian membuang sembarang puntung rokok dan ini rawan pada saat musim kering," katanya.*

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020