Selain untuk pasien gejala ringan dan tak bergejala, disiapkan untuk pasien bergejala sedang-berat
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan masih tersedia 2.110 tempat tidur di ruang isolasi dan 253 tempat tidur di ruang intensive care unit (ICU) bagi pasien terkonfirmasi positif COVID-19 bergejala sedang dan berat.

"Selain untuk isolasi pasien gejala ringan dan tidak bergejala, juga disiapkan untuk perawatan pasien bergejala sedang dan berat," kata Terawan dalam konferensi pers daring di Kantor Presiden Jakarta, Senin.

Terawan sebelumnya menerangkan pemerintah menyiapkan 11.637 tempat tidur bagi pasien COVID-19 yang masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan bergejala ringan baik di RS Darurat Wisma Atlet, balai pelatihan kesehatan maupun hotel.

Baca juga: Menkes: Pemerintah siapkan 11 ribu tempat tidur bagi OTG COVID-19

"Khusus untuk DKI Jakarta berdasarkan pengecekan langsung, pengamatan dan sidak di lapangan, per 13 September 2020 pukul 12.00 WIB, masih mampu melakukan perawatan pasien COVID-19 dengan rincian untuk merawat pasien gejala sedang masih terdapat ruang isolasi pasien yang kosong berjumlah 1.088 tempat tidur dari 4.271 tempat tidur yang ada," kata Terawan. 

"Dalam beberapa hari ke depan ruang isolasi ditambah 1.022 tempat tidur sehingga menjadi 5.293 tempat tidur," lanjutnya.

Artinya jumlah tempat tidur kosong ruang isolasi adalah sejumlah 2.110 tempat tidur bagi pasien COVID-19 bergejala sedang.

"Sedangkan untuk merawat pasien COVID-19 bergejala berat yang perlu ruang ICU, terdapat ruang ICU kosong 115 tempat tidur dari 584 tempat tidur ICU yang ada dan dalam beberapa hari ke depan dapat ditambah 138 tempat tidur ICU sehingga total menjadi 722 tempat tidur," tambah Terawan.

Baca juga: Satgas COVID-19 akui dilibatkan dalam penyusunan Pergub PSBB Jakarta

Sehingga jumlah tempat tidur kosong ICU per 13 September 2020 adalah 253 tempat tidur.

Terawan juga menyatakan ada kecukupan relawan untuk penanganan COVID-19.

"Total relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan 'internship' yang sudah ditempatkan ada sebanyak 16.286 orang tersebar di RS rujukan COVID-19 dan laboratorium sarana kesehatan untuk melayani terkait COVID-19 dan masih ada 3.500 dokter 'internship', 800 tenaga Nusantara Sehat," ungkap Terawan.

Selanjutnya masih ada 685 relawan termasuk dokter spesialis paru, anastesi penyakit dalam, dokter umum, perawat dan lainnya yang siap untuk diturunkan di berbagai RS untuk membantu bila dibutuhkan tenaga tambahan.

Menurut Kepala Satuan Tugas Penanganan COVID-19 yang juga Kepala Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, ruang ICU yang penuh itu hanya memiliki 1-8 tempat tidur.

"Jadi ada 20 RS rujukan COVID-19 di Jakarta yang jumlah 'occupancy rate-nya' mencapai 100 persen. Tapi rata-rata hanya ada yang 1, 2, dan yang paling tinggi adalah 8 'bed' saja. Sementara ada 47 RS rujukan COVID-19 di Jakarta yang jumlah bed-nya untuk ICU di atas 10," kata Doni.

Baca juga: Ketua Satgas: DKI Jakarta belum pernah mencabut PSBB

Sehingga menurut Doni, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak perlu mengkhawatirkan jumlah ICU yang akan penuh pada 17 September 2020.

"Masih ada 47 RS lain yang mana ruang ICU-nya masih cukup. Masih cukup longgar, jadi kekhawatiran bahwa 17 September 2020 yang akan datang itu RS penuh semua, mudah-mudahan bisa kita atasi dengan baik," ungkap Doni.

Dari jumlah ketersediaan itu, menurut Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang juga Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dari 67 RS rujukan COVID-19 di Jakarta, "bed occupancy ratio" adalah 63 persen.

Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Lebak bertambah enam total jadi 92 orang

"Jadi yang tadi data itu harus melihat data riil, yang tadi disampaikan Pak Doni akan 'dishare' dengan masyarakat. Kemudian, isolasinya 59 persen sehingga sebetulnya kapasitas masih memadai," kata Airlangga.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk memberlakukan kembali PSBB di Jakarta per 14 September 2020 untuk dua pekan ke depan sebagai mekanisme "rem darurat".

Alasan Anies untuk mengambil keputusan tersebut karena tiga indikator yaitu tingkat kematian, ketersediaan tempat tidur isolasi dan ICU khusus COVID-19 dan tingkat kasus positif di Jakarta.

Baca juga: Satu pasien positif COVID-19 di Garut meninggal

 

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020