Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan vaksin Merah Putih yang kini sedang dikembangkan merupakan simbol kemandirian bangsa.

"Dengan adanya vaksin Merah Putih ini, selain dapat mempercepat pemulihan, juga menghemat pembelian vaksin luar negeri yang tentunya harganya jauh lebih mahal," kata Menristek dalam webinar, Selasa.

Baca juga: Menristek: Akan ada enam versi vaksin Merah Putih untuk COVID-19

Baca juga: Menristek: Eijkman bersiap uji kandidat bibit vaksin COVID-19 di hewan


Menristek menuturkan vaksin Merah Putih yang diproduksi sendiri oleh bangsa Indonesia diharap bisa lebih manjur dan aman dibandingkan vaksin buatan luar negeri. Sebab, pengembangannya diambil dari virus yang bersirkulasi di Indonesia.

Vaksin nantinya akan memberikan rasa aman dan nyaman untuk setiap orang sehingga kegiatan perekonomian dapat kembali berjalan seperti sebelum pandemi COVID-19, lanjut dia.

Saat ini ada enam institusi dalam negeri yang mengembangkan vaksin Merah Putih, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan Institut Teknologi Bandung.

Menristek mengatakan, Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin COVID-19 memakai prinsip cepat, efektif, mandiri dan keamanan dalam mengembangkan vaksin.

Prinsip cepat dan tepat diperlukan karena saat ini semua negara berlomba-lomba mengembangkan vaksin COVID-19. Sementara prinsip efektif penting agar vaksin dapat cocok untuk mengatasi virus, terutama yang bertransmisi di Indonesia. Keamanan juga diperhatikan agar vaksin tidak memberikan efek samping berbahaya.

"Mandiri menjadi sangat penting karena negara kita bukan negara kecil, negara dengan penduduk 260 juta tidak bisa begitu saja menggantungkan kebutuhannya akan vaksin dengan membeli dari luar negeri," lanjutnya.

Baca juga: Pengembangan vaksin utamakan keamanan dan kemanjuran

Menristek juga mengingatkan bahwa Indonesia harus bertransformasi dari "resource-driven economy" menjadi "innovation-driven economy", bangsa inovatif yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mandiri serta berdaya saing global.

Dia memuji inovasi dan motivasi para peneliti yang tetap berkreasi di tengah pandemi COVID-19.

"Pandemi COVID-19 nyatanya telah meningkatkan ekosistem riset dan inovasi bangsa dengan terciptanya berbagai produk riset karya anak bangsa yang berasal dari berbagai lembaga penelitian, terutama perguruan tinggi di Indonesia."

Kunci utama penguatan inovasi adalah melalui sinergi "triple helix", sinergi dan penyatuan tiga kalangan yang terdiri dari kalangan akademik, bisnis atau pengusaha dan pemerintah.

Menristek mengatakan, pandemi COVID-19 yang masih berlangsung di tengah peringatan Hari Pahlawan hendaknya jadi momentum mewujudkan kemandirian nasional, serta menjadikan inovasi sebagai solusi pemulihan perekonomian.

"Indonesia memperingati hari pahlawan tahun ini dengan bersama-sama dan bersatu menghadapi krisis kesehatan dan perekonomian melalui kolaborasi 'triple helix'," kata dia.

Baca juga: Menristek harap ada standardisasi uji klinis nasional

Baca juga: Eijkman: Kapasitas global penuhi vaksin bagi setengah penduduk dunia

Baca juga: Izin edar vaksin Merah Putih diharapkan awal 2022


 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020