Semua peserta Pilgub Sumbar kali ini adalah orang yang hebat sehingga suara bersaing ketat dan rakyat susah menentukan pilihan.
Padang (ANTARA) - Menyikapi hasil hitung cepat dan rekapitulasi final C1 yang dimiliki PKS, pengamat politik Unand Padang Edi Indrizal menilai hasil yang disampaikan sudah dan kecil sekali kemungkinan beda dengan hasil KPU. Hasilnya sudah jelas pilgub dimenangi oleh Mahyeldi.

Ia melihat faktor yang membuat Mahyeldi menang sudah dimulai saat pendaftaran calon ke KPU Provinsi Sumbar yang waktu itu awalnya hanya ada tiga pasang calon.

Sebenarnya, menurut dia, semangat elite di Sumbar untuk mengalahkan PKS tinggi. Namun, begitu ada poros baru yang mengusung Fakhrizal-Genius Umar oleh koaliasi Golkar, NasDem, dan PKB, yang paling diuntungkan adalah PKS.

Dengan komposisi empat pasang calon, PKS diuntungkan. Kalau waktu itu tiga pasang, akan beda lagi ceritanya sekarang.

Selain itu, silang sengketa yang dipertontonkan kandidat dengan saling lapor juga menguntungkan PKS saat saling perseteruan antara Indra Catri dan Mulyadi.

Pada sisi lain, Edi Indrizal melihat pemilih Sumbar kembali ke jati diri aslinya, yaitu cenderung konservatif. Salah satu kriteria memilih pemimpin adalah calon yang dipersepsikan agamis atau religius.

"Itu ada pada sosok Mahyeldi yang dipanggil buya, tidak ada calon lain yang bisa menyaingi bahkan Irwan Prayitno sekalipun," ujarnya.

Dari sisi komposisi, Mahyeldi beruntung punya wakil Audy karena secara latar belakang ada variasi dari kandidat lain.

Tiga pasang lainnya wakilnya adalah bupati atau wali kota, hanya Audy yang pengusaha dan paling muda pula.

Tak hanya itu, peran Audy juga kian sempurna dengan kemenangan di Kabupaten Solok dan Kota Solok yang merupakan basisnya.

Selanjutnya, dia juga melihat tim Mahyeldi-Audy unggul di media sosial dengan beragam variasi, pengikut, hingga jumlah orang yang melihat.

Di lini maya, PKS paling unggul, bahkan akunnya di mana-mana.

Kendati di awal November 2020 Poltracking merilis survei elektabilitas peserta Pilkada Sumbar 2020 yang menyatakan Mulyadi-Ali Mukhni unggul dengan elektablitas 49,5 persen, Edi menilai hal itu kontroversi yang merugikan Mulyadi.

Pada survei tersebut elektabilitas Nasrul Abit-Indra Catri sebesar 21,3 persen, Mahyeldi-Audy Joinaldy 17,1 persen, dan Fakhrizal-Genius Umar 6,2 persen.

"Kesannya seperti orang lain enggak bekerja saja, politik seolah kayak ruang hampa, kurang masuk akal, lagi pula dalam beberapa kali survei Poltracking hasilnya aneh," kata Edi.

Baca juga: Membaca hasil Pilkada Gubernur Sumatera Barat 2020 (1)

Beri Selamat

Usai mencermati hasil hitung cepat Pilgub Sumbar, Calon Gubernur Sumatera Barat Fakhrizal dan sejumlah bupati serta wali kota memberikan selamat kepada Mahyeldi yang dinyatakan unggul.

"Pak Fakhrizal sudah menelepon saya dan memberikan selamat," kata Mahyeldi.

Ia menceritakan pada tanggal 9 Desember 2020 Fakhrizal berencana datang ke posko pemenangan untuk mengucapkan selamat. Namun, karena tidak berada di tempat, akhirnya memberikan ucapan selamat lewat telepon.

"Beberapa bupati dan wali kota juga sudah mengirimkan selamat kepada saya," katanya.

Calon Gubernur Sumatera Barat Nomor Urut 01 Mulyadi juga memberikan ucapan selamat kepada pasangan Mahyeldi-Audy Joinaldy yang dinyatakan unggul.

"Pilkada badunsanak di Sumbar sudah selesai dan saat ini sudah terlihat hasilnya dari perhitungan versi quick count dan real count versi calon dan KPU," kata Mulyadi di Padang, Jumat, saat bersilaturahmi dengan Mahyeldi dan Audy.

Pada kesempatan itu, Mulyadi dengan besar hati dan kesatria datang bersilaturahmi dan mengucapkan selamat kepada Mahyeldi dan Audy Joinaldy yang saat ini unggul dalam penghitungan suara.

"Inilah yang terbaik dari calon yang ada dan merupakan pilihan rakyat Sumbar. Saat ini kita harus kembali bersinergi membangun Sumatera Barat," kata Mulyadi.

Sementara itu, Mahyeldi menilai semua calon gubernur yang ikut Pilgub Sumbar kali ini adalah orang yang hebat sehingga suara bersaing ketat dan rakyat susah menentukan pilihan.

"Fakhrizal adalah seorang jenderal polisi yang hebat, Mulyadi merupakan tokoh Sumbar, Nasrul Abit adalah wakil gubernur, semuanya hebat sehingga selisih suara tidak besar," katanya.

Ia mengakui terpilihnya sebagai pemenang pada pilgub karena adanya kandidat lain.

"Kalau mereka tidak ada, kami tidak bisa seperti sekarang, enam kandidat lain adalah tokoh Sumbar yang luar biasa dan punya banyak kelebihan," ujarnya.

Mahyeldi sudah menganggap Fakhrizal seperti guru dan dengan wakilnya Genius Umar sudah lama berinteraksi sejak yang bersangkutan di DPD RI.

Sementara itu, Mulyadi merupakan teman satu SMP di Bukitinggi dan Ali Mukhni adalah kepala daerah yang sukses di Padang Pariaman.

Nasrul Abit merupakan senior di pemerintahan dan dia mengaku banyak berkomunikasi saat masih menjabat Wakil Wali Kota Padang.

"Kalau Indra Catri selain sama-sama orang Agam, juga satu sekolah di SMA 1 Bukittinggi," katanya.

Baca juga: Bawaslu Sumbar: 12 TPS di Sumbar berpotensi Lakukan PSU

Fakta Pilgub Sumbar

Pilkada Gubernur Sumbar secara langsung telah digelar sebanyak empat kali sejak pertama kali, yaitu 2005, 2010, 2015, dan 2020.

Sejumlah fakta menarik pun berhasil dihimpun yang mencerminkan dinamika politik di Ranah Minang yang amat dinamis.

Pilgub 2005 diikuti lima pasang, 2010 diikuti lima pasang, 2015 dua pasang, dan 2020 empat pasang. Namun, ternyata sejak Pilgub 2005 sampai sekarang calon yang diusung partai pemenang pemilu selalu kalah.

Pada Pilgub 2005 Golkar tampil sebagai pemenang pemilu yang ketika itu mengusung Leonardy-Harmaini-Rusdi Lubis. Pada Pilgub 2010 Demokrat berjaya di pemilu yang mengusung Endang Irzal-Asrul Syukur.

Berikutnya, pada Pilgub 2015 yang tampil sebagai partai pemenang pemilu adalah Golkar yang mengusung Muslim Kasim-Fauzi Bahar dan Pilgub 2020 Gerindra tampil sebagai pemenang pemilu mengusung Nasrul Abit-Indra Catri.

Tidak hanya itu, sejak Pilgub Sumbar 2010, 2015, dan 2020, wakil petahana yang maju jadi calon gubernur selalu kalah.

Pada Pilgub 2010 Marlis Rahman yang sebelumnya wakil gubernur petahana dikalahkan oleh Irwan Prayitno. Pada Pilgub 2015 giliran wakil gubernur petahana Muslim Kasim kalah dan pada Pilgub 2020 hasil sementara Nasrul Abit juga kalah.

Semua gubernur terpilih sejak Pilgub 2005, 2010, 2015, dan 2020 bergelar datuak yang merupakan gelar adat mulai dari Gamawan Fauzi, Irwan Prayitno, hingga kini Mahyeldi.

Pada Pilgub 2005 saat dilantik sebagai gubernur,  Gamawan Fauzi berusia 48 tahun; Pilgub 2010 Irwan Prayitno berusia 47 tahun; Pilgub 2015 Irwan Prayitno berusia 52 tahun; pada tahun 2020 jika jadi dilantik, calon gubernur terpilih Mahyeldi berusia 54 tahun.

Kini, warga Sumbar telah menentukan pilihan, pilgub telah usai saatnya melakukan rekonsiliasi dan fokus menanti capaian pembangunan oleh gubernur terpilih.

Baca juga: Pilkada Sumbar, Mahyeldi: Fakhrizal beri ucapan selamat lewat telepon

Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020