terpenting adalah bagaimana aplikasinya dan sosialisasinya
Sleman (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman Harda Kiswaya menyatakan bahwa wacana diberlakukannya minggu tenang COVID-19 pascaliburan akhir tahun sampai saat ini masih terus dikaji teknis pelaksanaannya dan sosialisasinya di masyarakat.

"Karena aplikasinya nanti kan tidak mudah, sampai saat ini masih terus dikaji bagaimana teknis pelaksanaannya, " kata Harda Kiswaya di Sleman, Rabu.

Menurut dia, sampai saat ini Pemkab Sleman belum memutuskan apakah wacana minggu tenang COVID-19 teesebut akan dilaksanakan pada hari pertama masuk kerja setelah libur akhir tahun nanti.

"Belum ada keputusan, yang terpenting adalah bagaimana aplikasinya dan sosialisasinya di masyarakat nanti," katanya.

Ia mengatakan, wacana adanya minggu tenang COVID-19 tersebut memang cukup bagus untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 pascaliburan akhir tahun, namun untuk aplikasinya harus dirumuskan sebaik-baiknya.

"Yang terpenting nanti bagaimana masyarakat bisa disiplin, ini yang harus disosialisasikan di masyarakat," katanya.

Baca juga: Libur akhir tahun, Sleman pantau objek wisata patuhi pencegahan COVID

Baca juga: Sleman wacanakaan minggu tenang COVID-19 pascaliburan akhir tahun


Sebelumnya Dinas Kesehatan Sleman mewacanakan untuk memberlakukan minggu tenang COVID-19 pascaliburan akhir tahun untuk mengendalikan dan menekan angka penyebaran virus corona di wilayah setempat.

"Minggu tenang COVID-19 ini saat ini masih kami matangkan. Rencana minggu tenang COVID-19 akan diberlakukan mulai 4 Januari 2021 hingga satu minggu ke depan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo.

Menurut dia, konsep minggu tenang ini yakni masyarakat tinggal di rumah saja dan tidak bepergian ke mana-mana, apalagi sampai ke luar kota.

"Jadi setelah menikmati liburan akhir tahun masyarakat tidak perlu ke luar rumah. Tetap di rumah saja dengan menerapkan protokol kesehatan dengan benar. Ini lebih longgar dibandingkan PSBB," katanya.

Ia mengatakan, selama minggu tenang yang total bekerja penuh hanya tenaga kesehatan atau tenaga medis dan petugas pelayanan publik maupun aparat TNI dan Polri.

"Sedangkan untuk pegawai pemerintah daerah diupayakan agar bisa kerja dari rumah, begitu juga dengan pegawai swasta. Ini seperti ada awal pandemi COVID-19," katanya.

Joko mengatakan, jika wacana ini diterapkan maka diharapkan masyarakat juga dapat mematuhinya, sehingga masyarakat sementara selama satu minggu cukup di rumah saja dulu.

"Penerapannya disesuaikan di masyarakat, tidak harus menutup semua akses masuk. Tetapi lebih kepada upaya untuk menahan diri untuk tidak bepergian dan patuh protokol kesehatan," katanya.

Ia mengatakan, dengan upaya ini diharapkan penyebaran COVID-19 dapat lebih dikendalikan dan dapat ditekan, dan tidak sampai terjadi lonjakan kasus positif COVID-19.

"Karena ini juga berkaca dari kejadian lonjakan kasus COVID-19 pascaliburan panjang cuti bersama pada akhir Oktober 2020, dimana setelah itu terasa terjadi lonjakan kasus positif COVID-19 mulai pada pertengahan November 2020," katanya.

Sementara itu tambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 di Kabupaten Sleman selama sepekan tercatat pada 21 Desember terdapat penambahan sebanyak 46 kasus positif, dengan jumlah pasien dinyatakan sembuh sebanyak 91 kasus.

Kemudian pada 22 Desember terdapat tambahan 70 kasus positif dan 60 kasus sembuh, 23 Desember 48 kasus positif dan tujuh kasus sembuh, 24 Desember 78 kasus positif dan 76 kasus sembuh dan satu kasus meninggal dunia.

Kemudian pada 25 Desember tercatat ada tambahasn kasus positif COVID-19 sebanyak 41 kasus dan kasus sembuh sebanyak 38 kasus dan tiga kasus meninggal dunia.

Pada 26 Desember tambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 sebanyak 91 kasus, sembuh 30 kasus dan meninggal dunia dua kasus, 27 Desember tambahan 41 kasus dan meninggal dunia satu kasus serta pada 28 Desember tambahan positif 48 kasus dan sembuh 82 kasus.

Sedangkan pada 29 Desember terdapat penambahan kasus konfirmasi positif sebanyak 100 kasus, sembuh 218 kasus dan meninggal dunia delapan kasus.

"Kasus penyebaran COVID-19 di Sleman pada beberapa waktu terakhir didominasi oleh kasus kontak erat dengan kasus positif. Dari rata-rata kami, setiap satu orang kasus positif di Sleman berpotensi menularkan kepada tiga orang di sekitarnya. Terutama untuk kasus tanpa gejala atau asimtomatik," katanya.

Baca juga: Bupati Sleman: Wabah COVID-19 dan ekonomi tantangan bupati terpilih

Baca juga: Kasus COVID-19 di Sleman melonjak

 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020