kelompok intoleran seperti yang ada di Jakarta tidak bisa berkembang
Surabaya (ANTARA) - Nahdlatul Ulama (NU) menilai konflik horizontal berupa kekerasan atau konflik berbasis agama di Kota Surabaya, Jawa Timur, selama ini dapat ditekan dengan penguatan toleransi di kalangan umat beragama.

Ketua Tanfidiziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Surabaya Ahmad Muhibbin Zuhri di Surabaya, Senin, mengatakan ada beberapa alasan Surabaya menjadi kota paling damai dan nyaman di Indonesia, di antaranya karena lembaga-lembaga lintas agama saling mengedepankan toleransi dan saling bekerja sama.

"Di Surabaya, kelompok-kelompok intoleran seperti yang ada di Jakarta tidak bisa berkembang. Kalaupun ada, itu secepatnya bisa diselesaikan sehingga tidak sampai meresahkan. Forkopimda bersama organisasi-organisasi keagamaan saling melakukan koordinasi dan komunikasi," katanya.

Ia mengatakan selama ini lembaga-lembaga yang bergerak dalam kerukunan beragama seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), organisasi masyarakat (ormas) keagamaan atau forum lintas agama sering bekerja sama dan membangun komunikasi yang baik.

"Selama ini ormas agama seperti Banser, Ansor, Pemuda Gereja atau ormas pemuda lain biasa saling bekerja sama dalam hubungan lintas agama. Apalagi selama pandemi COVID-19 ini, saling bekerja sama untuk memutus mata rantai penyebarannya. Hal seperti ini yang membuat Surabaya damai," katanya.

Baca juga: Tokoh lintas agama serukan perkokoh toleransi persatuan Indonesia

Baca juga: Wapres: Moderasi beragama kunci toleransi dan kerukunan


Begitu pula yang dilakukan pemerintah, lanjut dia, baik Pemkot Surabaya maupun DPRD Surabaya telah mendukung suasana kondusif dan damai tersebut.

"Pemkot Surabaya selama ini memberikan fasilitasi kepada forum-forum kerukunan antarumat beragama. Di sisi lain, para anggota dewan atau politisi, tidak menciptakan politik aliran atau mempolitisasi agama. Ini tentu perlu mendapat apresiasi karena politisasi agama tidak dilakukan oleh para politisi di Surabaya," ujarnya.

Ia berharap, agar toleransi di Surabaya dijaga dan ditingkatkan lebih aktif lagi dengan cara antarumat beragama saling bekerja sama, mulai dari masalah sosial hingga pemberdayaan ekonomi umat.

"Begitu pula pemerintah sering menyapa, mengadakan dialog agar jika ada masalah bisa diatasi sejak dini," katanya.

Sementara itu, Pengamat Sosial dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Andri Arianto mengatakan, warga Surabaya sangat memahami multikulturalisme dan pluralisme dengan sangat baik.

"Warga Surabaya itu memberikan penghormatan kepada semua kelompok, semua pemikiran agama. Umat beragama dari semua agama bisa berkumpul dengan baik. Karena secara kepribadian mencerminkan budaya sosionasionalis yang baik," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Andri, jika ada ormas yang bermasalah atau organisasi yang memperkeruh suasana, memperburuk sosial tidak bisa diterima di Surabaya.

"Apakah ada ormas yang keras, jawabannya ada. Tapi mereka tidak bisa berkembang karena tidak diterima oleh warga Surabaya," katanya.

Baca juga: MUI Jateng imbau masyarakat utamakan toleransi dan tak gegabah bertindak

Baca juga: Penguatan toleransi antarumat beragama diserukan PWNU DIY

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021