Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pakar mengapresiasi PDI Perjuangan (PDIP) yang mengangkat kegiatan bertema "Cinta Ciliwung Bersih" dalam perayaan HUT ke-48 pada 10 Januari 2021.
 
Pakar lingkungan Universitas Indonesia ( UI) Tarsoen Waryono, di Jakarta, Sabtu, menilai ide yang diangkat PDIP sangat bagus dan menunjukkan visi berkelanjutan.
 
"Sungai Ciliwung sebenarnya merupakan barometer pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia, karena melintasi Bogor dan ibu kota negara yakni Jakarta," kata Waryono.
 
Pada kegiatan itu PDIP juga akan menggelar penanaman pohon di sekitar sungai di seluruh Indonesia yang rencananya dilakukan secara serentak. Pemusatan kegiatan itu di Sungai Ciliwung.
 
"Program pengelolaan daerah aliran sungai oleh PDIP sangat baik dan saya mendukung," katanya.

Baca juga: Sambut HUT Ke-48, PDIP ajak masyarakat peduli lingkungan
 
Kendati demikian, ia tetap memberikan catatan, bahwa daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah dengan pemangku kepentingan masing-masing, seperti desa, kelurahan, kecamatan, kota, dan kabupaten.
 
Menurut dia, berhubung ada yang mengelola secara resmi, maka perlu koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
 
"DAS di bawah naungan pengelolaan KLHK ada dirjennya, direktur dan seterusnya. Di sisi lain pengelolaannya juga menjadi wewenang gubernur dengan korwil-korwilnya. Sehingga yang penting adalah koordinasi dan gotong royong dalam pengelolaan," ucap Waryono.
 
Senada dengan Waryono, pakar lingkungan hidup Indonesia Masnellyarti Hilman mengapresiasi ide yang diangkat PDIP itu. Sebab, sudah seharusnya semua pihak melihat faktor lingkungan yang akan berpengaruh kepada sektor lainnya.
 
"Untuk sungai akan berpengaruh pada penggunanya, antara lain pertanian, perikanan, sumber air minum yang memerlukan kualitas air yang baik, tidak tercemar," kata dia.
 
Ia mengatakan hal itu guna meningkatkan kualitas air yang biayanya cukup tinggi.
 
"Bila ada zat pencemar yang tidak terolah melalui air minum atau melalui rantai makanan, akan mengontaminasi manusia," ucap perempuan yang akrab disapa Nelly itu.

Baca juga: Pengamat: Politik lingkungan PDIP perlu ditiru parpol lain
 
Untuk membersihkan sungai, menurut dia, memerlukan biaya besar, seperti pembersihan sungai di Gowanus Canal di New York, Amerika Serikat, yang tercemar limbah industri dan sewerage. Total, kata Nelly, pembersihan menghabiskan biaya USD 1,5 miliar (sekitar Rp21 triliun).
 
Untuk itu, Nelly berpesan kepada PDIP agar memberi perhatian dengan mendorong pemerintah melakukan pelaksanaan pembangunan pemulihan sungai-sungai di Indonesia dan mencegah terjadinya pencemaran dengan program pengawasan.
 
"Membangun infrastruktur ramah lingkungan sehingga 2030 target pencapaian SDGs tercapai. Karena sungai yang terjadi pendangkalan akibat lumpur dan sampah, penggundulan hutan menyebabkan banjir dan longsor pada musim hujan," ujar dia.
 
Menurut Nelly, PDIP perlu memikirkan juga bagaimana memperbaiki tata ruang di Indonesia.
 
"Jika publik kerap mendengar ada rumah terbawa arus sungai, rusaknya jembatan, tak bisa ke kantor karena banjir, hal itu karena banyaknya pembangunan tanpa mengindahkan tata ruang yang ramah lingkungan," katanya.
 
Untuk diketahui, seperti disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto bahwa HUT ke-48 partainya mengangkat salah satu subtema Cinta Ciliwung Bersih, yang merupakan kelanjutan program Merawat Bumi.
 
HUT ini akan digelar bersama dengan gerakan penghijauan serentak dan sekaligus gerakan membersihkan sungai secara nasional pada Minggu, 10 Januari 2021.

Baca juga: Megawati: Semangat pejuang Kalpataru jaga alam harus ditiru
 
Hasto memastikan acara yang dilakukan serentak ini menjaga kedisiplinan protokol kesehatan COVID-19. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia disiplin menjalankannya.
 
"Mengapa sungai? Bicara sungai maka sebenarnya berbicara soal peradaban manusia. Sebab sungai membawa air dan nutrisi ke area di seluruh bumi," kata Hasto.
 
Dia mengatakan jangan hanya membayangkan sungai sebagai saluran drainase saja, tetapi juga sebagai sebuah habitat, yang menyediakan habitat dan makanan yang sangat baik bagi banyak organisme di bumi.
 
"Ketika sungai tercemar, semua makhluk hidup yang terkaitnya, juga kehidupan sekitarnya, akan tercemar. Beras yang kita makan di kota, bisa jadi adalah dari padi yang ditanam di wilayah diairi sungai tercemar merkuri, misalnya, sehingga membiarkan sungai tercemar, sama saja mengancam peradaban manusianya," kata Hasto.
 
Laporan dari berbagai lembaga resmi pemerintahan dan swadaya masyarakat, setiap tahun ratusan ribu anak Indonesia menjadi korban pencemaran sungai di Indonesia, seperti Sungai Brantas dan Sungai Citarum.
 
"Kalau kita membiarkan ini, maka sama saja pembunuhan masa depan generasi kita. Sama saja kita membiarkan peradaban Indonesia segera mati justru karena kita tak memelihara sungai dengan baik dan benar," kata Hasto.

Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2021