Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan anak dr. Tirza Arif Santosa, SpA menyarankan agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi telur sebagai sumber gizi lengkap dan relatif murah untuk memenuhi kebutuhan gizi harian khususnya untuk anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

"Kalau bicara telur merupakan salah satu sumber protein yang paling murah dengan gizi yang sangat lengkap," kata Tirza dalam dialog daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Dia menjabarkan bahwa kandungan gizi telur sangat banyak seperti omega 3 yang bagus untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, untuk perkembangan otak bayi dan anak anak. Selain itu terdapat vitamin yang cukup lengkap seperti vitamin A, D, E, dan K.

Baca juga: Benarkah telur bisa naikkan kolesterol?

"Kuning telur juga tinggi kandungan luteinnya yang bagus untuk kesehatan mata, khususnya untuk ketajaman penglihatan anak dalam proses belajar," kata Tirza. Zat gizi yang baik untuk mata tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh orang dewasa dan lansia sebagai pencegahan penyakit katarak pada orang tua dan mencegah kebutaan.

Tirza juga menyarankan agar telur banyak dikonsumsi oleh anak-anak karena mengandung zat gizi kolin dan DHA tinggi yang sangat baik untuk perkembangan otak anak.

Dia menyayangkan telur sebagai sumber gizi yang lengkap masih sedikit dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dikarenakan ketidakpahaman mengenai manfaatnya atau bahkan lantaran masyarakat mempercayai mitos.

Baca juga: Konsumsi telur memperkecil risiko diabetes tipe 2

Menurut Tirza, telur sering dikaitkan dengan sumber makanan yang menyebabkan alergi pada anak. Padahal, berdasarkan penelitian di beberapa negara dunia termasuk juga dilakukan di Indonesia yaitu di Kota Jakarta, telur hanya menyumbangkan kontribusi alergen nomor kesekian pada anak.

"Ternyata susu sapi dan produk turunannya berkontribusi sekitar 76 persen terhadap alergi, sisanya makanan laut seperti udang, ikan, dan telur. Ternyata telur tidak berkontribusi besar terhadap alergi," kata Tirza.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Maret 2020 menyebutkan pengeluaran masyarakat Indonesia per kapita dalam sebulan untuk membeli bahan pangan seperti salah satunya telur tidak lebih besar dibandingkan pengeluaran untuk membeli rokok.

Data BPS tahun 2020 mengungkap pengeluaran masyarakat per kapita per bulan untuk membeli rokok sekitar Rp73 ribu, nilai tersebut lebih besar dari pengeluaran per kapita sebulan untuk membeli komoditas pangan seperti daging, ikan, kacang-kacangan, maupun telur dan susu.

Baca juga: Konsumsi susu, telur dan olahraga bisa jadi pilihan di normal baru
Baca juga: Masyarakat kurangi konsumsi telur ayam

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021