Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) KH Anwar Sanusi menyampaikan hikmah dalam Isra Mi’raj dapat menjadi ajang momentum masyarakat untuk menghilangkan arus hoaks dan radikalisme.

“Tapi disini yang saya maksud radikalisme yang negatif, yang tidak ada kasih sayang dan bisa merusak bangsa ini. Oleh sebab itu selain tadi dengan berita-berita hoaks itu memang harus dihilangkan, juga kita harus menumbuhkan kasih sayang sebagaimana Allah SWT memberikan kasih sayang kepada Nabi Muhammad,” ucap Anwar Sanusi, dalam keterangan tertulis, Kamis.

Isra Mi'raj merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Jerusalem, Palestina. Kemudian dilanjutkan perjalanan Nabi Muhammad ke langit ke tujuh (Sidratul Muntaha) untuk menerima perintah shalat dari Allah.

Baca juga: Perti: Ulama harus bawa kedamaian dan kerukunan bagi umat

Ia mengatakan, salah satu ‘oleh-oleh’ dalam Isra Mi'raj adalah perintah shalat, yang dari 50 kali menjadi 5 kali. "Hikmahnya itu terhadap kesehatan spiritual yakni di mana orang yang mau melaksanakan shalat itu harus berwudhu terlebih dahulu, yang mana itu artinya adalah isyarat agar orang itu harus bersuci terlebih dahulu. Jadi Isra Mi'raj itu adalah orang yang harus menjaga kesucian, menjaga kesehatannya,” tutur Anwar.

Ia menambahkan bahwa hikmah shalat itu sendiri yaitu "innas sholata tanha anil fahsyai wal munkar", yang artinya mencegah kemungkaran dan mencegah kejelekan. Hal itu termasuk mencegah paham radikal. Sehingga menurut Anwar, hikmah shalat yang pertama, kesehatan, kedua persatuan (berjamaah), ketiga mencegah kemungkaran yang berupa radikalisme

Selain itu, Anwar juga menyebut bahwa dalam membangun peradaban yang beradab juga berdasarkan etika-etika yang ada. Ia menyebut tidak boleh makmum mendahului imam, karena kalau makmum mendahului imam itu tidak sah.

“Seperti pada era kepemimpinan saat ini, kita hidup di negara yang banyak berbagai perbedaan, selain itu juga ada ayatnya di surat An-Nisa ayat 59, ‘Yaaa aiyuhal laziina aamanuuu atii'ul laaha wa atii'ur Rasuula wa ulil amri minkum’, yang mana maksudnya adalah taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan juga taat kepada pemimpin, tentunya pemimpin yang sah. Jadi disini juga hikmah dari ibadah shalat itu juga harus mentaati kepada pemimpin yang sah,” terangnya.

Baca juga: Wakil Ketua Pembina Perti: Pancasila sudah final

Untuk itu, Anwar mengatakan pentingnya peran para tokoh masyarakat dan juga ulama yang merupakan ‘warosatul anbiya’ (pewaris para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad) menjadi contoh dan panutan bagi orang-orang yang mengikutinya.

Anwar menambahkan bahwa hikmah Isra Mi'raj menjadi pengingat agar; Pertama, para tokoh juga harus bisa menyayangi hamba-nya, dan juga harus bisa menaburkan kasih sayang; Kedua, untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan; Ketiga, untuk memperbaiki kualitas shalat, karena shalat itu “tanha anil fahsyai wal munkar” yang artinya bahwa shalat itu akan menangkal kejahatan, menangkal keburukan, menangkal radikalisme dan juga menangkal hoaks

“Keempat, karena peristiwanya ini terjadi di malam hari ketika orang pada tidur, oleh sebab itu khususnya bagi umat yang beragama Islam, mari kita tambahkan dengan shalat tahajud. Mari kita memperbaiki diri dengan keluarga kita. Karena ini juga sebagai bagian untuk menangkal hoaks dan radikalisme. Dan yang Kelima, dengan adanya hikmah Isra Mi'raj ini bahwa kita mempercayai bahwa itu adalah kekuasaan Allah SWT,” ujar mantan anggota Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini mengakhiri.

Baca juga: Pancasila adalah vaksin terbaik tingkatkan kekebalan dari radikalisme

Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021