Ide usaha bandrek jahe dan kunyit asam tak lepas dari banyaknya bahan baku di desa-desa di Kabupaten Batubara
Batubara, Sumut (ANTARA) - Beratnya perekonomian di tengah pandemi COVID-19, di mana saat ini bertepatan dengan bulan Ramadhan 1442 Hijriah, tak menyurutkan langkah para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk eksis ke depan. Selain dituntut kegigihan dalam berwirausaha, juga harus kreatif dan inovatif dalam membuat dan memasarkan produk dihasilkan.

Hal inilah yang ditekuni UD.Sinar Baru, UKM asal Limapuluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara (Sumut) yang memroduksi minuman herbal merek "Joeli". Sejak berdiri awal tahun 2021, "Joeli" sudah memroduksi dua produk unggulan, kunyit asam dan bandrek jahe.

Pemilik "Joeli" Bari, didampingi istrinya Ayu Arimati saat berbincang dengan ANTARA di Batubara, Ahad (18/4) mengatakan, membangun UKM di tengah COVID-19 merupakan salah satu tantangan yang harus dijalani.

"Sebenarnya usaha ini sudah dijalani sejak tahun 2020, namun karena harus mengikuti pengujian dan perizinan dari instansi terkait sehingga harus beredar awal Januari 2021," kata Bari.

Ide usaha bandrek jahe dan kunyit asam, kata dia, tak lepas dari banyaknya bahan baku di desa-desa di Kabupaten Batubara. "Untuk bahan baku sendiri kami tidak kesulitan, semua ada di sekeliling kita. Yang penting kita mau bekerja," kata Bari.

Walaupun masih pemula di UKM, lulusan Sarjana Ilmu Politik ini tak mau kalah dengan hal higienis. Kedua produknya bahkan sudah diuji di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan (Baristand Industri Medan) serta mendapatkan izin Pangan Industri Rumah Tangga  (PIRT) Dinas Kesehatan (Dinkes) Batubara.

"Walaupun produk kita masih kecil, namun perizinan ini sangat penting dalam bidang usaha. Dengan adanya izin ini, produk Joeli semakin matang menembus pasar modern," katanya.

Di Batubara sendiri, Banderk Jahe dan Kunyit Asam "Joeli" kemasan botol 200 ml sudah menembus pasar-pasar tradisionil maupun warung-warung melalui sales-sales dengan sepeda motor roda dua.

"Untuk 200 ml harga jual pasaran Rp25 ribu untuk takaran 9 hingga 10 gelas," katanya.

Untuk rasa, "Joeli" berani menjamin. "Silahkan dicoba sendiri....Yang pasti, harga sesuai rasa," kata Ayu Armiati atau yang biasa dipanggil Joeli, alumni Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menimpali perbincangan.

Optimisme ini ternyata sudah diakui beberapa kafe resto di luar Kabupaten Batubara, seperti Jakarta, Batam, Tebing Tinggi dan Kota Medan.

"Mereka-mereka yang pesan sebelumnya sudah menjual produk yang sama dengan merek yang berbeda. Mereka akui produk Batubara pedas jahenya dan begitu terasa, termasuk juga kunyitnya," katanya.

Untuk tahap awal, UD.Sinar Baru setiap harinya baru mampu memenuhi 20 kilogram atau 100 botol. Minimnya produksi tak lepas dari proses pengerjaan yang masih dilakukan manual.

"Keterbatasan modal, jika semua dikerjakan secara modern produksi bisa dikebut sesuai permintaan pasar," ujarnya.

Kelak, sambung Bari, UD.Sinar Baru akan memenuhi permintaan pasar untuk kemasan saset (kemasan kecil), namun tentunya hal ini kembali ke soal pendanaan karena untuk kebutuhan mesin saset yang harganya mencapai puluhan juta rupiah.

"Untuk mesin saset butuh modal besar. Namun itu harus kita capai, karena pasarnya jelas," kata Bari, yang dalam waktu dekat akan meluncurkan produk berbahan temu lawak.

Selain memasarkan produk, UD.Sinar Baru juga mengedukasi warga desa untuk gemar menanam jahe, kunyit dan temu lawak.

"Kita siapkan bibitnya, warga hanya memanfaatkan lahan perkarangan rumah dan hasilnya nanti kita beli kembali," katanya.

Dengan begitu maka pihaknya secara tak langsung mengajak warga meningkatkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah dengan bercocok tanam bahan baku.

Bagi yang ingin merasakan kehangatan produk "Joeli", terlebih untuk berbuka atau sahur saat Ramadhan 1442 Hijriah ini, bisa menghubungi langsung UD Sinar Baru via WhatsAap di 0851-5966-8171 atau email:ukm50batubara@gmail,com atau FB SinarBaru Joeli dan pesanan dikirim dengan aman hingga di tujuan.

 

Pewarta: Juraidi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021