Denpasar (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali, Putri Suastini Koster, mengajak masyarakat setempat untuk mengenakan kain tenun tradisional yang asli tenunan para perajin, sebagai upaya untuk menjaga kelestariannya.

"Dewasa ini banyak sekali beredar produk-produk yang menyerupai motif tenun Bali. Akan tetapi, produk itu tidak dikerjakan oleh para penenun, melainkan dikerjakan secara massal dengan menggunakan teknologi mesin," kata dia, di Denpasar, Kamis malam.

Dalam dialog bertajuk "Tenun Tradisional Bali dalam Gempuran Produk Tiruan" itu, menurut dia, beredarnya produk-produk yang menyerupai motif tenun Bali tidak bisa dibiarkan.

Baca juga: BNI dorong UMKM naik kelas dengan mengangkat tujuh kain tradisional

Hal itu, ujar dia, mengingat produk-produk ini dapat mengancam keberadaan kain tenun asli yang ditenun para perajin setempat. Selain itu, kualitas dari produk yang dihasilkan jauh dari produk asli yang dihasilkan dari proses menenun.

"Kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan, mengembangkan serta menggali warisan para leluhur kita. Untuk itu kita gunakan produk asli buatan para perajin," ujar istri gubernur Bali itu.

Selain itu, dia juga mengajak untuk mendukung para perajin agar terus berinovasi tanpa meninggalkan pakem yang ada. "Dengan demikian warisan nenek moyang kita akan lestari dan para perajin bisa lebih sejahtera," ujar wanita yang juga ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali itu.

Baca juga: 12 karya budaya Bali masuk daftar warisan budaya tak benda

Putri Koster pun mengajak para perajin untuk terus berinovasi dan berkreasi tanpa meninggalkan pakem yang ada guna menghadapi gempuran kemajuan teknologi yang begitu pesat.

Menyikapi banyaknya beredar kain motif tenun (dikerjakan dengan mesin) yang dijual dengan harga lebih murah dari tenun asli, seniman multitalenta ini mengajak para konsumen untuk menggunakan kain motif tenun tersebut sebagai bahan untuk produk fashion baik berupa baju, tas bahkan sepatu.

Dengan demikian, diharapkan akan muncul ide-ide, motif maupun desain tersendiri bagi produk fashion yang berbeda dengan motif yang digunakan pada kain tenun asli.

Baca juga: Hampir 25 persen ekspor kerajinan Bali diserap AS

Para perajin diharapkan jangan menurunkan kualitas produk hanya agar produk laku di pasaran, demikian juga para pedagang jangan hanya mencari keuntungan tanpa mempertimbangkan tugas kita untuk melestarikan warisan leluhur.

"Sebagai konsumen, kita harus bangga ketika menggunakan kain tenun asli dari perajin. Bersama kita jaga,lestarikan dan kembangkan apa yang sudah diwariskan oleh para leluhur kita," katanya.

Sementara itu, pemilik usaha pertenunan Putri Ayu, Ida Ayu Puspita Hartaty, yang turut hadir sebagai narasumber pada mengatakan pihaknya terus berupaya berinovasi dan mengembangkan motif serta teknik pengerjaan, tanpa meninggalkan pakem yang ada agar dapat bersaing di tengah gempuran produk tiruan.

Baca juga: "APEC costume", dulu batik kini endek Bali

Sebagai salah satu IKM di bawah binaan Dekranasda Provinsi Bali, pihaknya sangat mengapresiasi atas dukungan serta motivasi yang terus diberikan Pemerintah Provinsi Bali agar para pelaku IKM terus berkreasi dan bisa menjadi salah satu penggerak perekonomian di tengah masyarakat.

Hal senada juga disampaikan oleh pemilik Kerthi Loka Collection, Komang Diah Kartikasari. Mereka terus meningkatkan kualitas produk dan membuat desain-desain baru untuk produk-produk fashionnya, dengan menggunakan bahan dari songket.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021