Jakarta (ANTARA) - Panglima Tentara Nasional Indonesia Marsekal TNI Hadi Tjahjanto memastikan prajurit-prajuritnya siap bertugas sebagai pelacak (tracer) warga yang kontak erat dengan pasien COVID-19.

Para prajurit TNI itu telah mendapat pelatihan dan menjalani simulasi tahapan melacak mereka yang kontak erat dengan pasien COVID-19 (tracing) sehingga kasus-kasus baru nantinya dapat segera ditemukan, kata Hadi Tjahjanto saat meninjau kesiapan para tracer di Kelurahan Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Rabu, sebagaimana dikutip dari keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta.

“Permasalahan di lapangan tidak mudah untuk mencari orang yang terpapar COVID-19, karena harus mencari satu per satu masyarakat yang disinyalir melakukan kontak dengan orang yang positif COVID-19,” terang Panglima TNI.

Oleh karena itu, Hadi mengapresiasi kesediaan para prajurit TNI bertugas sebagai tracer, karena tugas yang mereka emban tidak mudah.

Baca juga: TNI kerahkan Babinsa untuk lakukan tracer digital tekan kasus COVID-19

“Saya bangga atas kerja luar biasa yang dilakukan oleh para Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat), termasuk unsur-unsur dari masyarakat yang berkerja keras untuk memutus mata rantai penularan COVID-19,” kata Hadi memuji kerja para tracer.

Setidaknya ada dua cara pelacakan yang akan dilakukan oleh para tracer, yaitu cara digital dan manual.

Pelacakan secara digital akan jadi langkah pertama yang akan dilakukan oleh para tracer. Tenaga pelacak akan menerima pemberitahuan/notifikasi dari Dinas Kesehatan mengenai pasien COVID-19 dan informasi warga yang diduga menjadi kontak erat.

Tenaga pelacak itu nantinya akan menggunakan aplikasi Silacak dari Kementerian Kesehatan RI untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien COVID-19. Warga yang diduga kontak erat akan diwawancarai lewat aplikasi pengirim pesan Whatsapp atau telepon oleh petugas.

Baca juga: 63.000 prajurit TNI dikerahkan jadi "tracer" kontak erat COVID-19

Namun, jika proses itu mengalami kendala, maka para petugas akan menempuh cara manual, yaitu datang dan wawancara langsung di rumah-rumah warga.

Terkait itu, Panglima meninjau langsung kesiapan tenaga tracer, yang terdiri dari Babinsa, Bhabinkamtibmas, Bintara Pembina Potensi Marinir (Babinpotmar), dan Bintara Pembina Potensi Dirgantara (Babinpotdirga) di Puskesmas Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Panglima bersama Kepala Puskesmas Berbah dr Heri Pratomo menyaksikan langsung penggunaan aplikasi Silacak oleh seorang anggota Babinpotdirga Serka Sujarwanto.

Serka Sujarwanto merupakan prajurit TNI aktif yang biasanya bertugas di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Adi Sutjipto, Yogyakarta.

Menurut panglima, kerja aktif pelacakan dapat membantu menjaga kasus positif COVID-19 tetap terkendali. Ia mencontohkan Maguwoharjo masuk zona kuning dan hijau, menurut dia berkat kerja tracing di lapangan dan kerja tenaga kesehatan.

“Kunjungan saya ke wilayah Maguwoharjo untuk melihat secara langsung bagaimana sistem kerja yang saudara-saudara lakukan untuk saya tularkan ke wilayah lain,” kata Hadi.

Panglima pun mengucapkan terima kasih kepada para prajurit TNI dan Polri serta para relawan yang rela bekerja sebagai tracer kontak erat pasien COVID-19.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas keberhasilan yang saudara-saudara sekalian lakukan mulai dari tracing kontak erat yang dipersyaratkan oleh WHO,” ujar Panglima.

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021