Jakarta (ANTARA) - Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia KH Muflich Chalif Ibrahim berharap masyarakat jangan mudah terprovokasi dan mispersepsi serta harus lebih sabar jalani keputusan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dimasa pandemi COVID-19.

"Situasi kondisi yang dihadapi masyarakat tentunya berbeda. Kemampuan masyarakat juga tidak sama, kadar akalnya pun juga berbeda-beda. Ini yang membuat masyarakat mudah diprovokasi dengan hoaks," kata KH Muflich dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.

Untuk itulah, KH Muflich meminta sosialisasi penanganan pandemi COVID-19 harus digalakkan dan dijelaskan dengan sebaik mungkin agar masyarakat sadar serta dapat menerima keputusan itu dengan baik.

"Sosialisasi (terkait kebijakan di masa pandemi) ini harus dijelaskan se-terang-terangnya kepada seluruh masyarakat, mengingat cara pandang masyarakat yang berbeda-beda. Ini yang harus terus dilakukan baik itu oleh pemerintah, tokoh masyarakat dan juga tokoh agama," tutur-nya.

Muflich menambahkan dalam kondisi seperti perbedaan penerimaan di masyarakat masih wajar, karena itu semua harus sabar dan bisa mengendalikan diri agar upaya mengatasi pandemi COVID-19 ini bisa berhasil.

Terkait pelanggar kebijakan PPKM darurat, ia menilai hal itu terjadi karena egoisme dari oknum yang tidak peduli orang lain, lingkungan dan sistem yang ada.

Baca juga: Sebanyak 30 provinsi capai standar testing WHO setelah PPKM

Baca juga: Reisa bagikan tips menyesuaikan diri bertransaksi di masa PPKM


Mereka ini tidak sadar bahwa dirinya ada di sebuah sistem dan memiliki berbagai peran sebagai masyarakat dari sebuah negara sehingga cenderung tidak memikirkan kemaslahatan umat.

"Orang-orang ini lebih mementingkan diri sendiri, mengesampingkan hal yang lebih besar dan kemaslahatan yang lebih besar. Dia tidak sadar bahwa dirinya hidup pada suatu sistem yang diatur oleh negara demi kemaslahatan masyarakat seluruhnya," ucap-nya menegaskan.

Terkait provokasi yang justru dilakukan tokoh agama, Muflich mengatakan, sebagai tokoh agama tentunya adalah figur yang berilmu, seharusnya bertindak sesuai dengan nilai dan ajaran agama, bukan justru memperkeruh suasana.

"Akal dan akhlaknya tidak berfungsi. Banyak orang yang mempertaruhkan nafsu dengan tidak berpedoman dengan wahyu sehingga mungkin saat ini kita ini seperti masuk ke era jahiliyah," ujarnya.

Di sisi lain, ia mengakui bahwa situasi yang sedang terjadi ini memang sangat sulit dan merupakan ujian berat bagi penyelenggara negara, terutama untuk memastikan masyarakat terbebas dari rasa takut dan kelaparan.

"Penyelenggara negara harus menyadari bahwa suatu penduduk negeri harus diperjuangkan untuk terbebas dari kelaparan dan rasa takut, sehingga ini menjadi ujian berat bagi pemerintah," tutur-nya.

Muflich juga berharap bahwa upaya moderasi beragama haruslah diaplikasikan kepada generasi penerus bangsa, agar mereka disiapkan dan dididik supaya membekali diri dari gangguan, hambatan, tantangan dan ancaman, terutama menghadapi kondisi seperti pandemi COVID-19 ini

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021