Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi (2.965 mdpl) mulai membentuk kubah lava baru, ditandai dengan munculnya guguran lava pijar yang terpantau dari sejumlah pos pengamatan dan kamera pemantau di Plawangan sekitar pukul 18.50 WIB, Selasa.

"Munculnya guguran lava pijar mengindikasikan pembentukan kubah lava baru, dan ini berarti Merapi mulai menunjukkan karakteristik erupsinya," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta Subandriyo, di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, guguran lava pijar mengarah ke sisi selatan gunung atau ke hulu Kali Gendol.

Ia mengatakan apabila pembentukan kubah lava baru berlangsung stabil, maka proses erupsi Merapi dapat dikatakan sudah memasuki fase akhir.

Namun demikian, Subandriyo belum dapat memastikan waktu yang diperlukan untuk membentuk kubah lava baru yang stabil.

Ia mengatakan proses pembentukan kubah lava baru hingga posisi yang stabil sangat tergantung dari suplai magma.

"Jika dorongan magma sudah mulai melemah, dan kubah lava baru yang terbentuk sudah berada di posisi yang stabil, maka proses erupsi sudah dikatakan selesai," katanya.

Namun demikian, kata dia, apabila lava tersebut menumpuk dan tersumbat, maka dimungkinkan akan muncul awan panas maupun guguran material vulkanik.

Pada erupsi 2010 sifat magma Merapi adalah asam, karena mengandung silica sebanyak 57 persen, sehingga magma mengandung lebih banyak gas.

Gas tersebut juga memicu sifat erupsi Merapi menjadi eksplosif. Merapi meletus empat kali yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober, 31 Oktober, dan 1 November 2010.

Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukhyar mengatakan Gunung Merapi mulai melepaskan energinya dalam skala yang lebih kecil.

Hal tersebut, menurut dia ditandai dengan adanya awan panas guguran, dan bukan semburan awan panas seperti yang terjadi pada empat letusan belum lama ini.

"Apabila awan panas guguran tersebut berlangsung semakin sering, maka hal ini justru baik, karena Gunung Merapi mulai melepaskan energinya, tetapi dalam skala kecil," katanya.

Sementara itu, berdasarkan laporan hasil pemantauan BPPTK Yogyakarta menyebutkan hingga pukul 18.00 WIB, Selasa, aktivitas Merapi cenderung aktif, yang ditandai dengan terjadinya 60 kali gempa multiphase (MP) atau gempa permukaan, tiga kali gempa "low frequency", 119 kali guguran, dan 10 kali awan panas.

Luncuran awan panas paling banyak terjadi dalam rentang waktu pukul 06.00 sampai pukul 12.00 WIB sebanyak lima kali. Sedangkan pada pukul 00.00 hingga pukul 06.00 WIB terjadi tiga kali awan panas, dan pukul 12.00 sampai pukul 18.00 WIB terjadi dua kali awan panas.

Meskipun demikian, BPPTK Yogyakarta menyatakan aktivitas Merapi masih berstatus "awas".

"Parameter yang digunakan untuk menentukan status Merapi sangat banyak. Karena saat ini masih ada unsur kegempaan dan awan panas, maka status masih tetap `awas`," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta Sri Sumarti.

BPPTK juga masih menetapkan radius aman adalah lebih dari 10 kilometer dari puncak Merapi.

Masyarakat tetap dilarang beraktivitas di daerah rawan bencana, khususnya di kawasan sungai yang berhulu di Gunung Merapi sektor selatan, tenggara, dan barat daya, seperti Kali Boyong, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Woro, Kali Bebeng, Kali Krasak, dan Kali Bedog.(*)

(U.E013/M008/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010