Pangkalpinang (ANTARA News) - Warga Tuatunu, Kecamatan Gerunggang Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), menggelar tradisi ritual "Nganggung" dalam meningkatkan semangat gotong royong dan silahturahmi di daerah itu.

Setelah Shalat Idul Adha 1431 Hijriyah di Kelurahan Tuatunu, Rabu, ratusa warga membawa makanan di atas dulang (tampah) menuju masjid dan mushala di daerah itu.

Ritual "nganggung" merupakan tradisi keagamaan yang masih kental di Kelurahan Tuatunu.

"Nganggung" biasanya digelar di masjid maupun di surau dengan membawa makanan di atas dulang (tampah) yang ditutup dengan tudung saji dan menyantapnya bersama-sama setelah selesai pembacaan doa-doa dan pujian-pujian kepada Allah SWT.

"Tradisi "Nganggung" ini digelar setiap merayakan hari-hari besar agam Islam seperti Idul Adha, Idul Fitri, Maulid Nabi Muhammad SAW dan acara keagamaan lainnya," kata Ketua Pengurus Masjid Raya Tuatunu, H.Arsyad.

"Tradisi ini, merupakan simbol untuk menjalin persatuan dan kesatuan dan kebersamaan diantara masyarakat sekitar ini dan tradisi ini masih sangat kental dalam masyarakat Tua Tunu yang saat sekarang ini di perkotaan dan beberapa daerah acara `nganggung` sudah mulai hilang, ujarnya.

Ia mengatakan, tradisi "nganggung" di Masjid Raya digelar setelah Shalat Idul Adha dan setelah itu, warga melakukan pemotongan enam ekor sapi kurban.

"Masing-masing keluarga membawa satu dulang yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut dan saat ini, sebanyak 500 dulang berisikan berbagai makanan lebaran siap disantap bersama-sama," ujarnya.

Menurut dia, tradisi Nganggung sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang yang pada lebaran tahun ini, tradisi tersebut dilakukan pada tujuh masjid di Kelurahan Tuatunu.

"Masing-masing jemaah masjid menggelar "nganggung" untuk mempererat tali silahturahmi dan semangat gotong royong antar warga dan semangat gotong royong dan saling membantu antar warga sampai saat ini masih terjaga dengan baik," ujarnya.
(ANT/A024)

 

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010