Jakarta (ANTARA) - Penyelenggaraan hajatan besar olahraga nasional bukan saja membidik pencapaian prestasi tertinggi sembari menuai bibit-bibit atlet dalam negeri.

Nyatanya, Pesta Olahraga Nasional tidak digelar hanya di satu daerah, satu pulau saja, untuk jangka waktu yang lama. Tapi, tuan rumah PON selalu berganti dari satu provinsi ke provinsi berikutnya.

Itu berarti PON bertujuan meninggalkan warisan pembangunan baik secara fisik ataupun non-fisik dalam berbagai bidang kehidupan, utamanya tentang persatuan Indonesia.

Baca juga: PON Papua gelorakan semangat UMKM di Mimika

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S. Dewabroto menyebut sukses PON selain prestasi adalah sukses penyelenggaraan, sukses administrasi, dan sukses yang tidak kalah penting adalah multiplayer effect atau efek keberlanjutan.

Sukses terakhir itulah yang tentu dibidik oleh "kontingen" spesial yaitu sektor-sektor ekonomi seperti konstruksi, perdagangan, transportasi, akomodasi dan makanan minuman, sektor finansial, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta pariwisata.

"Kontingen" ekonomi itu ingin pula merebut "medali emas" PON XX Papua karena perekonomian daerah paling timur Indonesia itu diharapkan semakin terdongkrak pasca-penyelenggaraan hajatan dan kepulangan para atlet dari berbagai daerah lain.

Uniknya, PON XX Papua berlangsung tidak hanya di satu kota saja yaitu Jayapura, melainkan di tiga kabupaten lain yaitu Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke, serta Kabupaten Mimika.

Desentralisasi penyelenggaraan melalui empat klaster itu juga bertujuan mengungkap kehidupan masyarakat di kabupaten-kabupaten di Papua kepada perwakilan dari daerah lain.

Baca juga: PON Papua dan kilau kembang api di langit timur Indonesia


"Cabang" non-pertambangan
PON Papua dapat memperkenalkan potensi ekonomi dari sektor lain dan bukan sekedar bertumpu pada sektor pertambangan saja.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua memperkirakan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto di Papua sebagai tuan rumah PON mencapai Rp1.281,35 miliar atau 0,7-1,1 persen.

Nilai itu merupakan kontribusi dari sektor konstruksi, perdagangan, transportasi, akomodasi dan makanan minuman, serta jasa komunikasi dan informasi, selain jasa-jasa lainnya.

Proyeksi BI tentang PDRB Papua dari penyelenggaraan PON itu tidak melibatkan sektor pertambangan yang mempunyai batas ketika sumber daya alam itu habis.

Mengacu data Badan Pusat Statistik tentang Pertumbuhan Ekonomi Papua pada Triwulan II 2021, sektor yang tumbuh paling besar menurut pengeluaran dan lapangan usaha (year-on-year) tentu saja sektor pertambangan yang mencapai 193,55 persen (pengeluaran) dan 34,44 persen (lapangan usaha).

Baca juga: Asisten Sekda Musaad harap ekonomi Papua tumbuh pesat usai PON XX

Namun, terdapat sejumlah sektor yang berpotensi untuk terus didorong di Papua, mengacu pada pertumbuhan berdasarkan lapangan usaha. Sektor-sektor itu antara lain transportasi (14,82%), perdagangan (6,49%), serta sektor akomodasi dan makan minum (6,71%).

Tiga sektor itu masih bisa didongkrak pasca-PON XX yaitu dengan menumbuhkan potensi ekonomi lain, seperti ekonomi kreatif dan pariwisata.

Ekonomi kreatif yang dapat ditumbuhkan antara lain bertumpu pada kekayaan budaya masyarakat Papua, semisal busana, makanan khas, seni kerajinan, dan berbagai nilai-nilai luhur adat Papua.

Sementara, sektor pariwisata dapat dibangkitkan dengan mengenalkan upacara adat Papua, festival menyambut musim tertentu, atau promosi berbagai lokasi alam indah khas bumi Papua.

Keterlibatan sektor ekonomi kreatif dan pariwisata itu semakin meningkat tatkala masuk ke ranah digital dengan berbagai bentuknya baik melalui kanal video, foto, gim, hingga merambah teknologi virtual reality ataupun augmented reality.

Momentum Tol Langit yang digelontorkan dengan kekuatan penuh ke Papua oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika serta PT Telkom saat penyelenggaraan PON, memungkinkan penyediaan sarana dan prasarana agar ekonomi kreatif dan pariwisata dapat masuk ke ranah digital.

Baca juga: PON XX momentum akselerasi pemulihan ekonomi Papua


Kalah tanding sementara
Layaknya kontingen yang lemah pada cabang olahraga tertentu, mereka harus terus berlatih agar membuktikan diri dapat pula menyabet medali emas PON. Begitu pula dengan "kontingen" ekonomi yang hadir dalam PON XX Papua.

Masih mengacu laporan BPS tentang Pertumbuhan Ekonomi Papua pada Triwulan II 2021, terdapat pula sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan minus menurut lapangan usaha (year-on-year).

Tiga sektor yang tumbuh negatif di Papua menurut lapangan usaha pada kuartal II 2021 itu adalah industri pengolahan (-1,7%), jasa informasi dan komunikasi (-5,89%), serta jasa pendidikan (-5,7%).

Tapi, bukan tidak mungkin penyelenggaraan PON XX memacu pertumbuhan dari negatif menjadi positif. Ambil contoh jasa informasi dan komunikasi.

Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama PT Telkom mengerahkan seluruh tenaga demi kesuksesan hajatan olahraga terbesar Tanah Air itu dengan alokasi bandwidth jaringan Internet mencapai 11 Gbps.

Telkom pun telah menyiapkan rencana mereka untuk tampil prima dengan menghadirkan "Telkomsel 5G Experience Center" di Stadion Lukas Enembe sebagai lokasi upacara pembukaan PON XX.

Baca juga: Menkop-UKM: PON XX Papua akan gerakkan ekonomi meski di tengah pandemi

Harapannya, penyediaan layanan infrastruktur Internet itu memicu pertumbuhan jasa informasi dan komunikasi lain, seperti biro promosi digital produk lokal Papua, konsultan sosial media lokal, kemunculan pengembang aplikasi dan piranti lunak lokal, kehadiran lokapasar (ecommerce) lokal, bahkan pendidikan informatika.

Sementara untuk industri pengolahan, Papua dapat mengembangkan pengolahan perikanan seperti udang yang menjadi produk unggulan asal Mimika.


Bangkit lawan COVID-19
Dalam pertandingan olahraga, musuh terbesar seorang pemain adalah diri sendiri dan bukan lawan. Demikian pula dapat kita liat "pertandingan" kondisi perekonomian melawan pandemi COVID-19.

Mengacu laporan Perekonomian Papua pada Agustus 2021 dari Bank Indonesia, konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan utama ekonomi Papua dari sisi permintaan yang didorong oleh penanganan pandemi COVID-19.

Terlepas dari sektor pertambangan yang tetap menjadi sumber pertumbuhan utama dari sisi lapangan usaha, konsumsi rumah tangga di Papua pada triwulan II 2021 tumbuh positif 5,5 persen (year-on-year), dibanding triwulan I 2021 yang tumbuh -4,98 persen.

Baca juga: Ekonom: "Venue" PON Papua ciptakan "multiplier effect" ekonomi

Selain itu, penyaluran kredit konsumsi pada triwulan II 2021 tumbuh 5,42 persen (yoy) atau tumbuh lebih besar dari triwulan sebelumnya yaitu 4,3 persen (yoy). Angka itu mencerminkan optimisme daya beli masyarakat di tengah pemulihan perekonomian akibat COVID-19 dan pada sektor non-pertambangan.

Hanya saja, pemulihan ekonomi pada konsumsi rumah tangga tetap diikuti dengan penegakan protokol kesehatan dan angka vaksinasi yang perlu terjaga. Diibaratkan pertandingan olahraga, musuh terbesar konsumsi rumah tangga adalah kesadaran dan pengendalian diri agar tidak kembali jatuh pada pandemi COVID-19.

Guna mencegah penularan virus lewat uang kartal, Bank Indonesia telah mengampanyekan penggunaan standard kode pembayaran digital atau QRIS.

Bank Indonesia menargetkan sebanyak 50 ribu lokasi di empat klaster PON dapat menerima pembayaran lewat QRIS.

Penggunaan QRIS diharapkan bergerak secara masif saat para peserta PON ataupun suporter membeli tiket pertandingan, belanja kuliner, suvenir, dan kegiatal ritel lain.

QRIS juga akan mempercepat proses transaksi dan aman selain mencegah penularan virus lewat uang kartal.

Baca juga: PON Papua diyakini tingkatkan ekonomi masyarakat lokal


Berharap "emas" PON
Bank Indonesia memprakirakan kegiatan PON mampu mengakselerasi pemulihan ekonomi Papua akibat pandemi COVID-19, terutama sektor non-tambang, yang tumbuh terbatas 2,81 persen pada triwulan II 2021.

PON XX diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Papua pada 2021 sebesar 0,8-1,2 persen. Kontribusi penyelenggaraan PON terhadap perekonomian Papua itu dapat lebih tinggi, menurut Bank Indonesia, jika melibatkan penonton ataupun suporter dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Sebagai alternatif, kontribusi ekonomi PON secara langsung dapat terwujud misalnya dengan penyediaan saluran pertandingan berbayar baik lewat situs khusus, ataupun media sosial. Produk-produk suvenir juga dapat terus dijual setidaknya hingga dua bulan setelah PON ditutup.

Warisan infrastruktur PON juga dapat menjadi modal untuk penyelenggaraan kejuaraan lain olahraga, baik tingkat lokal Papua ataupun nasional. Penyelenggaraan itu tentu akan mendatangkan para peserta dan pemain yang gilirannya meningkatkan konsumsi regional.

Baca juga: PON Papua berpotensi percepat perekonomian di multisektor

Copyright © ANTARA 2021