Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali melaksanakan gerebek lumpur di Kali Sunter untuk menurunkan tinggi muka air dan mencegah terjadinya banjir di 14 RT di wilayah Jakarta Utara.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Yusmada Faizal mengatakan, pengerukan lumpur di Kali Sunter dilakukan di segmen depan Pompa Rawa Badak sepanjang 495 meter dan depan Artha Gading sepanjang 210 meter.

"Tentu kegiatan pengerukan ini akan memiliki dampak langsung kepada kita semua," kata Yusmada dalam keterangan tertulis, Ahad.

Gerebek lumpur di dua segmen ini dilaksanakan untuk pencegahan genangan pada lokasi sekitar, yaitu pada 14 RT dan 15.700 meter persegi wilayah terdekat dari daerah aliran sungai (DAS) yang dikeruk.

Dalam gerebek lumpur di Kali Sunter tersebut Dinas Sumber Daya Air mengerahkan 10 unit alat berat, yakni tiga kendaraan amfibi besar, dua ekskavator long arm dan satu ekskavator standar untuk pengerukan di segmen Pompa Rawa Badak.

Baca juga: Anggota DPRD DKI: Tak cukup hanya keruk sungai untuk tangani banjir

Sedangkan pengerukan di segmen Artha Gading dikerahkan dua kendaraan amfibi besar dan dua unit ekskavator long arm. Selain itu 18 unit dump truck juga disiagakan untuk kedua lokasi tersebut.

Pada gerebek lumpur kali ini, pihaknya menargetkan bisa mengeruk sebanyak 17.920 meter kubik pada segmen Rawa Badak dan 8.400 meter kubik segmen Artha Gading.

"Nanti kerukan lumpur yang didapatkan akan dibuang di dump site, untuk segmen Pompa Rawa Badak di kawasan Beting dan segmen Artha Gading di kawasan Ancol," kata Yusmada.

Gerebek lumpur di Jakarta Utara ini dilakukan secara kolaboratif lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Di antaranya, Wali Kota Administrasi Jakarta Utara, camat, lurah, Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Suku Dinas Lingkungan Hidup, Suku Dinas Bina Marga, Suku Dinas Pertamanan dan UPK Badan Air.

"Semoga dengan adanya gerebek lumpur ini, masyarakat terbantu dalam penanganan permasalahan banjir," katanya.

Baca juga: Pemkot Jaksel "gerebek lumpur" di Kali Krukut Segmen Gatot Subroto

Karena itu, mari berkolaborasi untuk menangani permasalahan banjir di Jakarta. "Bisa mulai dari yang paling sederhana, yaitu tidak membuang sampah sembarangan," katanya.

Pemprov DKI juga menggerebek lumpur Kali Mookervart untuk menurunkan tinggi muka air sekaligus mengurangi dampaknya pada empat wilayah, yakni Semanan, Rawa Buaya, Duri Kosambi dan Kalideres.

Secara aktual kondisi saat ini Kali Mookevart hanya bisa menampung debit maksimal 91,37 meter kubik (m3) per detik atau lebih rendah dari debit desain kali itu sebesar 125 m3 per detik.

Kali Mookervart merupakan saluran penghubung di Provinsi DKI Jakarta yang menghubungkan Aliran Sungai Cisadane ke kanal-kanal di Jakarta.

Lebar salurannya 40-45 meter dan panjang 13 kilometer dengan daerah pengaliran sungai (DPS) seluas 67 kilometer (km) persegi serta debit puncak 125 m3 per detik ini dirancang oleh ahli hidrologi pada 1678-1689.

Kali Mookevart juga salah satu saluran penting dalam sistem pengendali banjir untuk mengalirkan sepertiga aliran Sungai Cisadane dan menambah suplai air di Jakarta.
Baca juga: DKI intensifkan pengerukan lumpur antisipasi dampak musim hujan

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021