Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengidentifikasi munculnya kubah lava baru di sebelah selatan-baratdaya kubah lava lama Gunung Merapi. "Secara visual dan digital terlihat benjolan masif berwarna merah tua kecoklatan yang karakternya hampir sama dengan kemunculan kubah lama," kata Kepala Bidang Pemantauan Sumbar Daya Alam dan Lingkungan LAPAN, Dr Orbita Roswintiarti di Jakarta, Selasa. Kubah baru ini, ujarnya, diperkirakan akan menghasilkan guguran lava pijar dan awan panas lebih besar dari kubah pertama yang sebelumnya telah gugur. Tipe erupsi khas Merapi adalah efusif melalui pembentukan kubah dan akan tidak stabil apabila terdesak magma dari dalam yang akhirnya menimbulkan guguran lava pijar dan awan panas. Bahaya susulan pada saat dan pasca erupsi merapi yang juga perlu diperhatikan, ujarnya, adalah aliran lahar dingin dan piroklastik yang terjadi jika kubah lava tak mampu menahan hujan lebat dan hanyut bersama air hujan. "Perlu diwaspadai daerah sekitar sungai yang berhulu di puncak merapi terutama lereng sebelah barat, barat daya,selatan-barat daya dan tenggara," katanya. Dari pantauan, ujarnya, juga terdapat dusun-dusun baru dan pemukiman baru di lereng yang rentan terhadap bahaya lava pijar, lahar dingin dan aliran piroklastik. Dikatakan Orbita pula, prakiraan guguran lava pijar dan lahar dingin pada letusan periode saat ini cenderung masih mengarah ke baratdaya dan sedikit ke arah selatan-baratdaya, namun pada ketinggian tertentu arah dan sebaran berbelok ke barat dan baratlaut akibat pengaruh angin. Sementara itu, Asisten Deputi Urusan Analisis Kebutuhan Iptek Kementerian Ristek, Priatmono, menambahkan, sejak 1006 sampai 2001, gunung Merapi telah meletus hingga 82 kali dengan siklus pendek 2-5 tahun dan siklus menengah 5-7 tahun. "Kami berharap letusan kali ini juga tak memakan korban seperti letusan Merapi pada tiga tahun terakhir 1997, 1998, dan 2001, tidak ada korban jiwa meninggal maupun luka-luka," katanya. Sementara itu, Peneliti BPPT, Agus Kristiono menyatakan, Kabupaten Sleman adalah kabupaten yang paling siap dibanding tiga kabupaten lainnya di gunung Merapi, Kabupaten Magelang dan Boyolali, sedangkan Klaten adalah kabupaten yang paling tak siap. "Itu karena Pemkab Sleman memiliki Satlak Penanggulangan Bencana berupa subdin yang menangani bencana Merapi sehari-hari, sementara kabupaten lain baru membentuk Satlak ketika diinformasikan status Merapi," katanya. Indonesia tercatat memiliki 129 gunung berapi, terbanyak di dunia, 34 gunung berada di Jawa, 30 di Sumatera dan 28 di Nusa Tenggara. Sekitar 10 persen atau 20 juta penduduk tinggal di wilayah gunung berapi ini.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006