Kebanyakan perusahaan pemula di Indonesia terlalu fokus masalah produksi dan teknologi saja, serta sangat kurang memperhatikan aspek manajemen keuangan dan pemasaran,"
Jakarta (ANTARA News) - Tebosan baru dibuat para alumni jurusan mesin Institute Teknologi Bandung (ITB) untuk mendorong pengembangan wirausaha baru di bidang teknologi atau tecnopreneur.

Mereka yang tergabung dalam Ikatan Alumni Mesin (IAM) ITB meluncurkan MEC (Mesin Entrepreneur Club) Modal Ventura untuk membantu technopreneur mengatasi masalah pendanaan dan manajemen.

Ketua Ikatan Alumni Mesin (IAM) ITB Gembong Primadjaya, di Jakarta, Kamis, mengatakan selama ini banyak pengusaha pemula khususnya di bidang teknologi dan manufaktur mengalami masalah pendanaan untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja bisnis mereka.

"Kebanyakan perusahaan pemula di Indonesia terlalu fokus masalah produksi dan teknologi saja, serta sangat kurang memperhatikan aspek manajemen keuangan dan pemasaran," ujarnya.

Padahal, lanjut pengusaha muda itu, dua aspek itu (keuangan dan manajemen) merupakan kunci untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.

Gembong menjelaskan MEC Modal Ventura memberikan bantuan keuangan dan manajemen dalam satu paket. Selain bantuan pendanaan, pihaknya akan memberikan bimbingan manajemen dalam bentuk mentoring dari alumni pebisnis yang sudah berpengalaman.

"Dengan mentoring para pengusaha pemula dapat belajar langsung dari pengalaman sang mentor," ujarnya. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan jaringan bisnis yang dimiliki mentor dan juga anggota IAM-ITB lainnya.

Gembong mengatakan MEC Modal Ventura digagas oleh kelompok pengusaha IAM-ITB yang mendapat dukungan dari alumni senior yang sudah berpengalaman di bidang bisnis seperti Teddy P. Rachmat (mantan Presdir PT Astra International Tbk), Iman Taufik (Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan), Benny Subianto, dan Pandri Prabono. Namun diakuinya tahap awal pihaknya hanya memberikan bantuan kepada anggota IAM ITB yang menjadi pengusaha pemula di bidang teknologi dan manufaktur.

Namun dalam jangka panjang akan dibuka untuk pengusaha pemula lainnya, bahkan yang baru tahapan inisiasi. "Selama ide bisnisnya prospektif, akan kami bantu," ujar Gembong.

Ia berharap dengan keberadaan lembaga pembiayaan tersebut pihaknya dapat membantu tumbuh kembang technopreneur baru yang tangguh guna mendorong kemandirian dan daya saing bangsa sesuai dengan semangat Indonesianisme yang digaungkan IAM-ITB. Pihaknya tergerak untuk melakukan sesuatu guna mendorong para lulusan perguruan tinggi menjadi pengusaha, karena jumlah pengusaha masih sedikit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi secara nasional.

"Saat ini jumlah pengusaha terlalu sedikit sehingga upaya untuk menurunkan tingkat pengangguran menjadi terlalu berat," ujar Gembong.

Tantangan makin berat untuk membangun kewirausahaan karena banyak lulusan perguruan tinggi termasuk teknik mesin, dan profesional muda, menurut dia, tidak berani mengambil resiko menjadi pengusaha.

Padahal mereka memiliki potensi dan kemampuan untuk menjadi seorang pengusaha yang tangguh. Akibatnya, kata Gembong, terjadi 'gap' yang luar biasa. Perusahaan besar terus tumbuh, sedangkan perusahaan kelas menengah tidak banyak berkembang.

"Kami percaya bahwa untuk menjadi bangsa yang maju, Indonesia mesti meningkatkan jumlah pengusahanya, khususnya di sektor usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di bidang teknologi dan manufaktur," ujar Gembong.

***3***

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015