Bandarlampung (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung mencegah penjualan makanan bihun kekinian (bikini), yang dinilai berbau pornografi.

"Kita belum mendapatkan laporan peredaran makanan tersebut, tapi kami sudah melakukan pencegahan sejak dini dengan melakukan pengawasan secara rutin," kata Kepala Bidang Perdagangan Diskoperindag Bandarlampung Firmansyah, di Bandarlampung, Kamis.

Dia mengatakan, sejauh ini belum terlihat keberadaan makanan ringan tersebut di Kota Tapis Berseri, sejauh ini pihak diskoperindag pun tengah mencari tahu.

"Kalau laporan adanya keresahan atas produk makanan bikini kita belum terima, tapi kita masih mencoba cari tahu apakah di Bandarlampung ada," katanya.

Terkait peredarannya yang melalui media sosial, pihaknya berencana akan menggandeng diskominfo untuk bekerjasama sebab ini ada kewenangannya juga.

"Kita tidak ingin mengambil alih tupoksi dinas lain, jadi karena peredarannya masih melalui media sosial maka kami rasa perlu berkoordinasi dengan diskominfo," kata dia.

Sementara itu, Kepala Diskominfo Kota Bandarlampung Sidik Ayogo menyatakan siap bekerjasama dengan diskoperindag, hanya saja harus mempelajari sistematis serta peraturan yang melandasinya terlebih dahulu.

"Semua harus tetap sesuai prosedur agar tidak ada kesalahan, kita akan pelajari dulu hal-hal yang melandasinya tapi intinya kami siap bekerjasama," kata dia.

Sejumlah warga Kota Bandarlampung khususnya orang tua pun mulai resah dengan adanya makanan ringan yang bergambar bikini serta bertulisan "remas aku".

"Jika sampai ke anak-anak ini bisa merusak moral anak-anak, sebab gambarnya sungguh sangat tidak santun sebab bergambar bagian dada perempuan," kata Andi warga Kemiling.

Pemerintah harus mencari di mana lokasi pembuatannya, sebab kata dia, jika ini sampai jatuh ke tangan penerus bangsa bisa sangat berbahaya.

Makanan ringan berbau porno itu dipasarkan melalui media sosial Instagram dan juga sudah tersebar ke beberapa kota di Indonesia khususnya Lampung.

Pewarta: Subagio/Roy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016