Kita sudah berupaya, kita sudah mencapai yang lebih baik, tapi negara lain jauh lebih baik lagi."
Semarang (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) mengajak kalangan akademisi mengubah pola pikir (mindset) tentang laut sebagai penghubung, dan bukan pemisah wilayah untuk menghilangkan egoisme antardaerah.

"Kita ubah mindset laut sebagai penghubung," katanya saat memberikan orasi ilmiah Dies Natalis ke-59 Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, Sabtu.

Menurut Wapres, laut atau selat tidak boleh hanya dimaknai sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya, melainkan sebagai jalur penghubung strategis untuk menghilangkan egoisme antardaerah.

"Kalau dulu Laut Jawa memisahkan Pulau Jawa dengan Kalimantan. Selat Makassar memisahkan Sulawesi dan Kalimantan. Selat Sunda memisahkan Jawa dengan Sumatera. Sekarang ubah mindset itu. Laut Jawa bisa menghubungkan kita dengan orang-orang di Kalimantan, Selat Makassar menghubungkan Sulawesi dengan Kalimantan," ujar Wapres JK.

Perubahan pola pikir tersebut, menurut Wapres, harus disertai dengan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, khususnya di lembaga pendidikan.

"Kalau pemikiran sama, maka kita bisa maju bersama. Inilah prinsip pokok, bagaimana poros maritim kita bisa memiliki daya saing untuk memajukan bangsa," katanya.

Wapres mengakui daya saing Indonesia tertinggal dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.

"Tahun ini indeks kompetitif global kita turun dari peringkat ke-38 menjadi peringkat ke-41. Kita sudah berupaya, kita sudah mencapai yang lebih baik, tapi negara lain jauh lebih baik lagi," ujar Wapres.

Wapres JK pun menyebutkan bahwa Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 90 ribu kilometer, namun sektor maritim masih tertinggal dengan negara-negara sekitarnya.

"Kita punya banyak pelabuhan. Namun, tidak banyak pelabuhan yang bisa menampung kapal-kapal besar sehingga kita selalu kesulitan ekspor ," kata Wapres.

Bahkan, Wapres mengungkapkan rendahnya pembangunan infrastruktur kemaritiman menjadikan biaya pengiriman barang melalui laut dari Jakarta ke Papua lebih mahal dibandingkan dengan dari Jakarta ke Jepang.

Sementara itu, Menteri Riset-Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M. Nasir menyebutkan bahwa menurunnya indeks persaingan global Indonesia dibandingkan dengan 143 negara lain dipicu oleh tiga faktor, yakni maraknya korupsi, buruknya pelayanan birokrasi, dan terbatasnya infrastruktur.

Meskipun demikian, ia menilai, indeks kesiapan teknologi di Indonesia mencapai 4,6 sedangkan standar dunia hanya 3,6.

"Oleh sebab itu, Indonesia seharusnya lebih cepat maju," kata salah seorang Guru Besar di Undip Semarang itu.

Rektor Undip Prof Yos Johan Utama menyatakan bahwa 60 persen dari seluruh hasil penelitian yang dilakukan civiitas akademika kampusnya itu bersinggungan dengan kemaritiman.

"Oleh karena itu, Undip siap mendukung program pemerintah di segala bidang," ujarnya menambahkan.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2016