Manokwari (ANTARA News) - Penyu belimbing dan penyu raksasa di Bentang Laut, Kepala Burung, Provinsi Papua Barat, sekarang terancam punah.

"Penyu Belimbing gemar mengarungi samudra. Dia mencari makan di laut Kalifornia dan bertelur di pesisir Pantai Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat," kata Wakil Presiden Program Laut Asia Pasific Conservation Internastional (CI) Mark Erdmann di Manokwari, Rabu.

Dia menuturkan, penyu belimbing atau dermochelys coriacea adalah sejenis penyu raksasa di dunia. Hewan ini pun merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya.

Dia mengungkapkan, dari sekian jenis penyu di dunia, penyu belimbing adalah spesies yang paling terancam punah. Kebiasaanya yang gemar mengelilingi lautan, membuatnya terancam dari aktivitas para nelayan.

Pesisir Pantai di Distrik Abun, adalah habibat yang cukup baik sebagai tempat bertelurnya penyu ini. Lokasi ini harus terus dijaga untuk menjaga produktivitas telur dan penetasan telur-telur tersebut.

"Setidaknya, masih ada tempat yang nyaman bagi penyu untuk bertelur, yakni di Pantai Jamursba Medi Distrik Abun, Tambrauw, Papua Barat," katanya.

Selain ancaman di tengah laut, penyu ini pun menghadapi ancaman serius di lokasi peneluran. Ancaman tersebut berasal dari anjing liar, soasoa, dan babi hutan. Hewan-hewan tersebut senang membongkar sarang dan memakan telur penyu tersebut.

"Harus ada komunikasi secara baik antara masyarakat dan pemerintah. Perlu rekayaya sedemikian rupa untuk menjaga agar hewan-hewan itu tidak memangsa telur penyu," katanya lagi.

Dia mengutarakan, upaya serius harus dilakukan untuk menjaga populasi Penyu Belimbing, jika tidak, dalam waktu 10 tahun kedepan spesies ini diperkirakan punah. Masyarakat dinilai sebagai ujung tombak untuk menjaga habitat peneluran penyu tersebut.

Menurut dia, konsep konservasi Penyu Belimbing dan jenis penyu lainya bisa dilakukan dengan tidak mengesampingkan pembangunan ekonomi masyarakat.

Hal itu dapat dilakukan dengan menjadikan wilayah Jamursba Medi dan sekitarnya sebagai obyek pariwisata terbatas, demikian Mark.

Pewarta: Toyiban
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016