Jakarta (ANTARA News) - Mantan presenter sekaligus jurnalis Tina Talisa berbagi cerita soal persiapannya menjadi moderator debat publik kedua Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang akan berlangsung besok malam.

Berikut kutipan wawancara singkat bersama Tina di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kamis siang.

Kapan tahu kepastian menjadi moderator debat publik kedua?   

Tahu menjadi salah satu kandidat moderator beberapa hari sebelumnya. Saya dikontak dulu, hanya disampaikan bahwa saya diusulkan menjadi moderator.

Senin (23/1) diputuskan oleh KPU DKI. Saya dikontak oleh Lembaga Penyiaran penyelenggaranya, bahwa moderatornya Prof Eko Prasodjo dan saya.

Kalau saya disetujui oleh semua pasangan calon dan semua lembaga penyiaran Negara saya bersedia. Pendekatannya sama seperti pilpres. Waktu saya masih di Indosiar tahun 2014, mengikuti proses debat pilpres dan mengikuti beberapa rapat dengan KPU. Moderator harus disepakati semua pasangan calon dan semua lembaga penyiaran penyelenggaranya.

Pernahkah terbayang akan menjadi moderator, menggantikan Ira Koesno?

Tidak kebayang. Karena dikontaknya beberapa hari setelah debat yang pertama. Karena pada saat debat pertama pun, saya sedang tidak ada di Jakarta. Saya sedang ada di luar negeri, urusan klinik gigi saya, di Korea.

Saya menonton pun sepotong-sepotong, via live streaming. Saya kagum dengan penampilan Mbak Ira saat itu. Saya baru pulang Senin malam minggu lalu.

Merasa terbebani atau deg-degan karena moderator sebelumnya banyak dipuji penampilannya?

Kalau penampil sebelumnya sudah sangat baik, pasti ada rasa deg-degan. Mau itu penari, penyanyi, dosen, pembicara. Dan menurut saya itu sangat wajar dan positif.

Kalau hanya merasa santai saja, artinya saya tidak memaksa diri saya untuk menampilkan yang terbaik. Menurut saya ini bukan "kompetisi" antar moderator.

Jadi saya sangat kagum pada Mbak Ira. Bukan hanya karena debat perdana kemarin, tetapi sejak saya masih belum jadi anchor, Mbak Ira sudah jadi legenda. Waktu saya masih kuliah, Mbak Ira news anchor di saat stasiun televisinya masih sedikit, kita betul-betul ingat dengan sosok Ira Koesno.

Penampilan kemarin, tentu membuat orang melepas kerinduan. Buat adik-adik Y generation, yang belum tahu Mbak Ira Koesno, menjadi tahu ada seorang Ira Koesno yang legendaris.

Buat saya itu positif, dari sisi energi ya. Karena saya tahu yang sebelumnya sangat baik, jadi saya berusaha menjadi diri saya, menampilkan yang terbaik.

Nanti akan memilih gaya seperti  Ira Koesno?


Saya pikir, Mbak Ira Koesno tampil sangat baik karena Mbak Ira tampil menjadi Mbak Ira.

Jadi, saya Tina Talisa tidak akan tampil baik kalau saya bukan menjadi diri saya. Saya punya kebiasaan saya sendiri. Punya gaya saya sendiri.

Tetapi saya melihat hal-hal positif dari Mbak Ira yang bukan harus diaplikasikan sama persis. Tetapi saya melihat apa yang positif, lalu saya bisa lakukan seperti apa.

Sejauh ini apa saja yang dipersiapkan jelang debat?


Pikiran, fisik dan mental. Pikiran ini kaitannya dengan substansi atau konten. Kita sudah tahu tema debatnya soal reformasi birokrasi, pelayanan publik dan penataan kawasan perkotaan.

Saya sudah pernah baca visi dan misi masing-masing pasangan calon, sebelumnya. Tetapi kali ini lebih mendalami khusus berkaitan dengan tema debatnya.

Dan diskusi bersama para panelis. Karena sesuai yang Mbak Ira jelaskan di debat pertama bahwa pertanyaan itu dirumuskan oleh tim panelis sebagai perumus materi.

Jadi moderator nanti menyampaikan hasil rumusan pertanyaan yang sudah disusun oleh para panelis yang didekatkan, didasarkan pada visi dan misi yang sudah diserahkan kepada KPU DKI.

Debat kali ini hadirkan dua moderator, apakah ada hal-hal yang dibicarakan khusus bersama Eko Prasodjo?

Kami berdiskusi penajaman mau ke arah mana (dari tiga isu dalam debat kedua) yang tujuannya menggali gagasan para pasangan calon.  

Harapan debat nanti seperti apa?  

Kami semua berharap, panelis, moderator dan penyelenggara (KPU), ini menjadi panggung yang bermanfaat buat yang akan memilih dan akan dipilih.

Buat para pasangan calon, ini kesempatan mereka untuk menawarkan gagasan terkait tema.

Bagi masyarakat, ini kesempatan untuk melihat apa sih tawaran dan gagasannya. Mengapa saya harus memilih pasangan calon yang akan dicoblos pada tanggal 15 Februari.

Harapan pasca debat?

Tema debat kedua ini menarik dan berkaitan sekali dengan warga yang memiliki hak pilih dan warga secara keseluruhan. Saya mengajak kita menyimak baik-baik apa yang disampaikan para pasangan calon, kita mencatatnya untuk menjadi referensi dalam menentukan hak pilih pada 15 Februari.

Jika nanti sudah ada gubernur terpilih, maka mari kita tagih janji-janji yang sudah kita catat dalam debat-debat ini. Jadi memang, ini panggung yang sangat bermanfaat buat kita semua dan mendapat banyak atensi tidak hanya dari warga DKI Jakarta.

Karena jangankan kita masyarakat awam, bahkan penyelenggara pemilu pun menyampaikan ini pilgub rasa pilpres.

Kita berharap hangatnya suasana ini mudah-mudahan bisa berbanding lurus dengan partisipasi pemilih. Data terakhir dari KPU, dalam pilkada serentak 2015 lalu, rata-rata partisipasi itu 70 persen. Harapan KPU Pusat rata-rata partisipasi di 2017 ini di pilkada serentak 101 daerah adalah 77,5 persen.

Kita akan lihat di DKI berapa persen sih partisipasi pemilih. Harapannya debat perdana, kedua dan ketiga membuat mereka yang sudah memiliki pilihan menjadi semakin mantap dengan pilihannya, sehingga pemilih tradisional menjadi pemilih yang logis.

Lalu pemilih yang sudah mendasarkan pada logika semakin kuat alasannya mengapa memilih pasangan calon tertentu.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017