London (ANTARA News) - Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Inggris Rizal Sukma menilai bahwa Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) selama 50 tahun dalam perkembangannya memperoleh banyak raihan dan memberikan manfaat, tidak hanya bagi negara anggota, tetapi juga untuk kawasan, baik dari sisi ekonomi maupun politik dan keamanan.

Ia mengemukakan hal itu saat bersama Dubes Filipina di Inggris Antonio Lagdameo tampil sebagai pembicara dalam diskusi bertema integrasi ASEAN di auditorium Saint Antonys College, Universitas Oxford, demikian dilaporkan Sekretaris Satu Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (Pensosbud KBRI) London Arifianto Sofiyanto kepada ANTARA News, Jumat (5/5).

Diskusi itu diadakan berkaitan dengan 50 tahun terbentuknya ASEAN, dan dihadiri lebih dari 50 akademisi dan mahasiswa University of Oxford, Kamis (4/5). Mereka fokus pada kritik dan pesimisme atas proses integrasi ASEAN yang dinilai lamban, dan relevansi maupun manfaat yang diberikan ASEAN terhadap negara anggotanya.

Dalam paparannya Dubes Rizal Sukma menegaskan bahwa bidang kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi intra ASEAN terus mengalami peningkatan. Sebagai contoh, dari 10 negara investor terbesar di Indonesia, dua di antaranya adalah Singapura dan Malaysia, atau notabene sesama anggota ASEAN.

Rendahnya tarif perdagangan antar negara ASEAN, menurut dia, membuat perdagangan intra-ASEAN terus menggeliat di tengah lesunya perekonomian global.

Di bidang politik dan keamanan, ia menilai, perdamaian dan stabilitas kawasan ASEAN relatif terjaga.

Nilai strategis ASEAN juga menjadi alasan kuat masuknya negara maju dari luar kawasan untuk bergabung bersama ASEAN dalam forum kerja sama East Asia Summit (EAS), ujarnya.

Pencapaian yang diraih melalui proses itu, dikemukakannya tidak sebentar dan bukan tanpa tantangan.

Salah satu elemen penting dalam proses tersebut adalah membangun rasa saling percaya, ujarnya.

Ia juga mengarisbawahi bahwa perbedaan politik dan ideologi, kepentingan nasional maupun kesenjangan ketimpangan pembangunan ekonomi hingga keberagaman suku, budaya dan bahasa merupakan tantangan besar dalam upaya mengintegrasikan ASEAN secara penuh.

Selain itu, ia pun mengingatkan kepada peserta diskusi bahwa ASEAN adalah sebuah perhimpunan atau asosiasi (association), bukan organisasi atau union, sehingga persatuan bukan sesuatu yang mutlak danmenjadi  tujuan akhir.

Hal senada juga diutarakan oleh Dubes Filipina di London Antonio Lagdameo, yang menekankan filosofi "jalan yang ditempuh anggota ASEAN" (The ASEAN way) merupakan cara paling efektif dalam menjawab berbagai tantangan.

Prinsip tidak saling mencampuri urusan dalam negeri dan mendahulukan kerja sama pada bidang yang mudah memperoleh konsensus merupakan beberapa karakteristik The ASEAN way, ujarnya.

Menutup diskusi, baik Dubes Rizal Sukma maupun kedua Dubes Antonio Lagdameo menyuarakan optimisme terhadap masa depan ASEAN dan komitmen kedua negara untuk terus memajukan asosiasinya itu.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017