Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menggelar kegiatan rutin tahunan setiap bulan Sura sesuai penanggalan Jawa, yaitu jamasan pusaka yang memiliki filosofi untuk mengingatkan kepala daerah agar memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Pusaka ini memiliki nilai filosofi untuk mengingatkan pemimpin agar bekerja sesuai harapan warga, memberikan pelayanan dan teladan yang baik, kata Penghageng Paguyuban Abdi Dalem Keprajan Kota Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, kepala daerah harus mampu membawa rakyat agar sejahtera, tidak hanya pemimpinnya saja yang sejahtera tetapi masyarakat harus didahulukan sehingga tombak pun disimpan di ruang kerja wali kota Yogyakarta sebagai pengingat.

Sebelum menjadi pusaka milik Pemerintah Kota Yogyakarta, tombak Kyai Wijaya Mukti adalah pusaka milik Keraton Yogyakarta.

Pusaka tersebut kemudian diserahkan ke Pemerintah Kota Yogyakarta bertepatan pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah Kota Yogyakarta pada 7 Juni 2000.

Tombak yang dibuat pada 1921 atau pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII itu memiliki panjang tiga meter.

Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan daphur kudhuping gambir ini, memiliki landean (gagang) sepanjang 2,5 meter yang terbuat dari kayu walikukun.

Prosesi jamasan berlangsung singkat. Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti dibawa oleh rombongan abdi dalem dari ruang kerja wali kota menuju lokasi jamasan yang berada di kompleks taman air mancur Balai Kota Yogyakarta.

Pada saat jamasan atau pembersihan pusaka, sejumlah abdi dalem melepas untaian melati yang sudah mengering, menyiramkan air, menyapukan olesan minyak pusaka di mata tombak dan menyematkan untaian melati yang masih segar.

"Kondisi mata tombak masih cukup bagus karena perawatan selalu dilakukan secara rutin tiap tahun, katanya.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017