Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyebut Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perlu perombakan besar karena sistem pendidikannya cenderung masih normatif.

"Di SMK sendiri perlu perombakan besar karena guru di SMK kita 80 persen itu guru normatif, harusnya skill, latih anak kita untuk memperkuat skill mereka. Misalnya guru PPKn, Bahasa Indonesia, apalagi yang normatif? Agama," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa malam.

Pelajaran-pelajaran tersebut, kata dia, dikatakannya bukan tidak perlu tetapi di SMK semestinya guru-gurunya mampu mengup-grade skill para siswanya.

Ia mengakui hal itu perlu waktu tetapi pendidikan di Indonesia ke depan harus berubah total karena tantangan juga sudah berubah.

"Mestinya anak-anak kita dihadapkan pada tantangan yang ada bukan rutinitas ini terus, saya kira Mendikbud harus mulai mengubah itu. `Based learning` bagaimana mencari solusu bukan hafalan lagi karena dunia berubah," katanya.

Presiden sendiri menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia dalam hal pendidikan terutama pendidikan vokasi kejuruan, training vokasi, dan politeknik.

"Tiga hal ini harus kita kerjakan dalam waktu singkat, kita tidak punya waktu lagi," katanya.

Untuk itu ia mengakui perombakan memang harus dilakukan secara besar-besaran.

Sebab ia mengatakan sampai saat ini sebanyak lebih dari 60 persen tenaga kerja di Indonesia masih lulusan SD-SMP.

"Sebuah langkah besar kalau mau upgrade pake apa? Ya vokasi politeknik," katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017