Petugas sudah mengecek ke kawah Ijen dan kondisinya sudah normal. Air kawah berwarna hijau muda, namun secara visual ada bekas letusan freatik."
Banyuwangi (ANTARA News) - Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Ijen Bambang Heri Purwanto mengatakan fenomena munculnya letupan gas beracun di kawah Gunung Ijen yang memiliki ketinggian 2.368 meter dari permukaan laut itu merupakan aktivitas rutin.

"Setiap tahun, gas beracun itu muncul pada musim hujan, terutama pada bulan Januari hingga Maret karena permukaan suhu dingin, namun di dalam kawah panas, sehingga terjadi letupan yang membawa material gas," katanya saat dihubungi dari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.

Sejumlah warga di bantaran Sungai Banyupahit dan Watucapil yang mengalami keracunan gas yang berasal dari Kawah Ijen di daerah Sungai Banyupait, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso sudah dibawa ke puskesmas dan RSUD Bondowoso, Rabu (21/3) malam.

"Letupan tersebut muncul karena air hujan membuat permukaan kawah yang panas menjadi dingin, sehingga muncul letupan material gas vulkanik yang sangat berbahaya," tuturnya.

Letupan yang terjadi pada Rabu malam (21/3) disertai material gas mengalir ke arah Kabupaten Bondowoso dengan mengikuti arah angin kemudian terhirup oleh warga yang tinggal di bantaran Sungai Banyupait.

Ia mengatakan para penambang belerang sempat mendengar suara letusan, namun letusan tersebut jenisnya freatik dan bukan magmatik, sangat lemah namun mengeluarkan gas yang sangat berbahaya.

"Petugas sudah mengecek ke kawah Ijen dan kondisinya sudah normal. Air kawah berwarna hijau muda, namun secara visual ada bekas letusan freatik," katanya.

Ia mengimbau kepada pihak pengelola kawasan yakni BKSDA agar mewaspadai setiap kali muncul gas beracun dan menutup sementara pendakian ke Kawah Gunung Ijen baik bagi wisatawan maupun penambang belerang.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018