Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani membuktikan bahwa Kota Pahlawan aman untuk investasi pascateror bom beberapa waktu lalu.

"Buktinya, saat ini sudah banyak investor luar negeri yang menanamkan investasinya di Surabaya," kata Tri Rismaharini, di Surabaya, Minggu.

Menurut dia, kehadiran investor Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Budget Petroleum melalui PT Arvadake Surabaya yang akan menanamkan investasinya senilai Rp2,1 triliun, menjadi bukti bahwa Surabaya saat ini aman dan nyaman.

Peluang investasi internasional ini, lanjut dia, akan membantu dalam meningkatkan pendapatan daerah sekaligus membuka peluang bagi warga Kota Surabaya dalam kesempatan bekerja.

Risma mengatakan pihaknya telah menerima pengusaha asal Dubai, Zahid Basir di rumah kediaman wali kota, Jalan Sedap Malam, Surabaya pada Sabtu (7/7) untuk membicarakan investasi itu.

Dana investasi tersebut, lanjut Risma, digunakan untuk membeli tiga tower apartemen yang dibangun oleh PT Pembangunan Perumahan (PP) Properti Tbk di Surabaya barat, yakni Grand Sungkono Lagoon, Surabaya pusat di Grand Shamaya dan di Surabaya timur yakni di Grand Dharmahusada Lagoon.

"Tiap satu tower apartemen rata-rata terdiri atas 400 unit kamar. Harga per unitnya lebih dari Rp500 juta," katanya.

Menurut Risma, selama ini investasi hanya dilakukan oleh investor lokal maupun nasional. Untuk itu, kehadiran investor asing ini diharapkan akan semakin menarik perhatian lainnya untuk menanamkan dananya di Kota Pahlawan.

Wali Kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu juga menjelaskan bisnis properti di Kota Surabaya lebih menarik dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.

Hal ini, kata dia, ditandai dengan kenaikan harga properti yang semakin tinggi dibanding dengan DKI Jakarta.

Kenaikan harga properti di Surabaya ini meningkat tajam setelah Pemkot Surabaya gencar membangun jalan-jalan baru, seperti jalur lingkar luar barat (JLLB) dan jalur lingkar luar timur (JLLT).

"Selama saya menjabat, saya sudah membangun sepanjang 250 kilometer (km) jalan baru. Genangan air tiap tahun juga terus mengalami penurunan hingga sekarang hanya 3 persen," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018