Jakarta (ANTARA News) - Badan Pemenangan Nasional pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menegaskan tidak akan menggunakan isu Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA) dalam kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

"Jadi teman-teman bersepakat mendorong bahwasanya ini harus menjadi pertarungan gagasan. Jangan sampai ditarik pada isu-isu identitas dan SARA. Itu penting dan itu kami akan berusaha semaksimal mungkin," kata Koordinator Juru Bicara BPN Prabowo-Sandiaga, Dahnil Anzar Simanjuntak usai rapat di rumah Ketua BPN Djoko Santoso, Bambu Apus, Jakarta Timur, Jumat malam. 

Kubu Prabowo-Sandiaga sepakat untuk menjadikan masa kampanye sebagai ajang untuk adu ide dan gagasan.

"Jadi kunci utamanya kami selalu menyuarakan bagaimana kontestasi pilpres ini bisa menjadi pilpres yang gembira. Jadi festival gagasan, festival ide," kata Dahnil.

Seperti halnya dalam pertarungan tinju, walaupun bertarung tetapi harus fair dan tidak melakukan kecurangan. 

"Seperti main tinju. Dia fair di dalam ring. Tapi kemudian tidak berlaku curang. Tidak berdebat menyinggung SARA, tidak menyinggung identitas," tuturnya.

Dalam rapat itu juga memastikan semua tim kampanye harus bekerja dengan gembira. Pastikan bahwasanya kontestasi ini menjadi kontestasi memggembirakan.

Pemberian sanksi kepada kubunya yang melakukan isu SARA tentu ada, bahkan cawapres Sandiaga akan melakukan tindakan secara langsung.

"Namun, tentu saja kami harus berhati-hati terkait hal ini (sanksi) karena relawan dan pendukung tidak ada yang bisa kontrol. Selain tentu ajakan-ajakan persuasif. Itu yang bisa kita lakukan," ucap Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini. 

Hadir dalam rapat itu, antara lain, Ketua BPN Djoko Santoso, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rachmawati Soekarnoputri, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Sujono Djojohadikusumo  Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso dan juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Slamet Maarif.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018