Jakarta  (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar kompetisi sepak bola Gala Siswa Indonesia (GSI) tingkat nasional yang berlangsung di Jakarta 8 hingga 21 Oktober.

"Tahun ini, kami mengadakan GSI untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dimulai dari tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi. Baru Selasa (9/10) dilangsungkan untuk tingkat nasional," ujar Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Kompetisi GSI tingkat nasional  diikuti 612 peserta dan 136 pendamping dari 34 provinsi se-Indonesia. Kompetisi sepak bola yang diselenggarakan untuk kali pertama ini dilaksanakan secara bertahap mulai tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional.

Sebelum memasuki kompetisi tingkat nasional, GSI diikuti 2.872 kecamatan, 257 kabupaten/kota, dengan jumlah peserta 11.435 sekolah, masing-masing tim 18 orang, dan pendamping empat orang.

Jumlah pertandingan GSI yang telah digelar untuk tingkat kecamatan sebanyak 2.588 pertandingan dan tingkat kabupaten/kota 737 pertandingan. Sedangkan pada tingkat provinsi sebanyak 165 pertandingan. Sehingga total pertandingan GSI yang telah digelar di 34 provinsi mencapai 3.490 pertandingan.

Sementara itu, pada GSI tingkat nasional akan diselenggarakan sebanyak 64 pertandingan. Sebanyak 34 tim dari 34 provinsi yang akan bertanding dibagi dalam delapan grup (grup A sampai dengan grup H). Pertandingan babak penyisihan berlangsung pada tanggal 10-15 Oktober 2018, di GOR Cendrawasih Cengkareng, Jakarta Barat dan GOR Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta Selatan.

Para juara grup akan lolos ke babak perempat final. Babak perempat final dilangsungkan di GOR Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro pada 17 Oktober 2018, dilanjutkan dengan babak semifinal di tempat yang sama pada tanggal 18 Oktober 2018.

Perebutan juara tiga dan babak final akan diselenggarakan di Stadion Madya Gelora Bung Karno pada 20 Oktober 2018, dan direncanakan akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Gala Siswa Indonesia, kata Dirjen Hamid, harus menjadi momentum untuk membangkitkan persepakbolaan yang berujung tercapainya kejayaan sepak bola nasional yang menjadi mimpi seluruh rakyat Indonesia.

"GSI akan dijadikan kompetisi tahunan. Sehingga akan menjadi tradisi pertandingan musiman pada jenjang sekolah, seperti di negara-negara maju lainnya. Harapannya, akan lahir bibit-bibit unggul dalam persepakbolaan nasional melalui GSI ini," jelas dia.

Para pemenang GSI akan akan mengikuti pelatihan dan sparing partner bersama klub Juventus dan beberapa klub di Kota Turin, Italia.

"Ini akan menjadi pengalaman yang luar biasa bagi adik-adik peserta GSI," kata dia.

Penggagas GSI yang juga merupakan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Supriano, mengatakan kendala utama dalam penyelenggaraan GSI adalah tidak tersedianya pelatih yang berlisensi minimal D.

Oleh karena itu, sebanyak 90 guru olahraga di tingkat kecamatan dilatih untuk mendapatkan lisensi D.

"GSI ini tidak hanya sekedar pertandingan tetapi juga sebagai bagian pendidikan karakter," kata Supriano.

Pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri, mengatakan negara-negara berkembang sepak bolanya melalui dua jalur yakni jalur prestasi dan pendidikan. Di Jepang, yang bagus itu dari jalur pendidikan.

"Hakikat usia muda itu bukan menghasilkan trofi tapi membangun individu terbaik. Biasanya hanya di kota-kota besar, tapi melalui GSI bisa diketahui talenta terbaik tidak hanya dari kota tapi juga desa," kata Indra.

Baca juga: Mendikbud buka kompetisi sepak bola GSI tingkat SMP di Padang
Baca juga: Agum Gumelar : suporter sepak bola Indonesia belum dewasa

Pewarta: Indriani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018