....melangkahi makam adalah tindakan yang tidak sopan."
Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding menilai calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno tidak pantas melangkahi makam ulama dan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syansuri di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Denanyar, Jombang, Jawa Timur.

"Sangat tidak etis, seseorang yang tidak pernah mondok sekali pun, melangkahi makam adalah tindakan yang tidak sopan," kata Karding di Jakarta, Senin.

Karding yang merupakan Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menilai perbuatan Sandiaga itu tidak pantas dilakukan, terlebih yang bersangkutan adalah cawapres.

Menurut dia, kalau Sandiaga paham adab ziarah kubur, tentu dia akan bersikap sopan tanpa melangkahi makam, apalagi makam seorang ulama.

"Kalau orang NU ziarah kubur itu dilakukan dengan tahlil," ujarnya.

Selain itu, Karding juga menyoroti gelar santri di era post-Islamisme yang diberikan Presiden PKS Shohibul Iman untuk Sandiaga.

Dia mengatakan, melihat aksi Sandiaga melangkahi makam tokoh NU, label santri tersebut diduga hanya untuk kepentingan politik belaka.

Karding menilai sebagai calon pemimpin, apalagi Indonesia yang terkenal adab sopannya, tentu saja perilakunya harus menjadi contoh bagi masyarakat.

Sebelumnya, dalam sebuah video berdurasi 14 detik, Sandiaga Uno terekam melangkahi makam ulama dan salah satu tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Bisri Syansuri di Kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Denanyar, Jombang, Jawa Timur.

Dalam video itu, Sandi awalnya melakukan tabur bunga di makam KH Bisri Syansuri, setelah selesai, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu terlihat melangkahi makam tersebut untuk beralih menabur bunga ke makam lain.

Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade menegaskan insiden Sandi melangkahi makam bukan suatu kesengajaan. 

Menurut dia, Sandi punya niat baik dalam ziarah tersebut dan tidak bermaksud melecehkan dengan secara tidak sengaja melangkahi makam yang disebut makam KH Bisri Syansuri.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018