Jakarta (ANTARA News) - Film "A Man Called Ahok" yang dirilis pada 8 November 2018 lalu lebih banyak membahas soal hubungan antara ayah dan anak. Nyatanya ada beberapa bagian yang terpaksa dipotong agar tidak menimbulkan kontroversi.

Putrama Tuta selaku sutradara film tersebut mengatakan jika dirinya diminta untuk lebih "mengerem" mana yang baiknya dimasukkan ke dalam film dan tidak. 

Sementara dari pihak produser, Emir Hakim menjelaskan jika hal tersebut memang dilakukan agar film "A Man Called Ahok" tidak ditunggangi oleh unsur politik.

Baca juga: "A Man Called Ahok" akan dibuat versi extended

"Untuk menjaga itu memang harus ada yang di tone down. Karena dampaknya justru bisa menjadi lebih negatif. Karena di Indonesia banyak pagar-pagar untuk menyampaikan cerita, tidak bisa sebebas di Amerika atau Eropa. Jadi kita harus bijak bermain di kisi-kisi itu. Secara otomatis karena sosok Ahok kita memang dikaitkan," kata Emir dalam bedah film "A Man Called Ahok" di Jakarta, Kamis.

"Memang ada bagian yang dihilangin. Ini pilihan, kita mau bikin konflik atau enggak. Kenapa cerita jadi seperti ini (yang tayang di bioskop) karena arahnya memang harus ke situ," ujar Tuta melanjutkan.

Baca juga: Ahok ucapkan terima kasih kepada penonton filmnya

Tuta sendiri masih menyimpan bagian yang dihilangkan dari film "A Man Called Ahok". Bagian tersebut rencananya akan masuk dalam film versi extended yang bakal tayang di luar negeri.

"Materi itu tetep ada, saya ambil aja. Kan saya bandel. Tapi kita tetap punya tanggung jawab dan censorship-nya. Kan saya bikin bukan untuk kepentingan kita saja tapi banyak orang. Kalau saya bikin buat saya sendiri sih, saya terusin aja," jelas Tuta.

"A Man Called Ahok" dibintangi oleh Daniel Mananta, Denny Sumargo, Donny Damara, Eric Febrian, Sita Nursanti dan Chew Kin Wah. Film ini telah ditonton lebih dari 1,5 juta orang dan menjadi salah satu film box office di Indonesia tahun 2018.


Baca juga: "A Man Called Ahok", film keluarga yang meminjam kisah Ahok

Baca juga: Akankah ada Veronica Tan di film "A Man Called Ahok"?

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019