Kota Batu, Malang, Jawa Timur (ANTARA News) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mendorong agar semakin banyak pusat unggulan Iptek (PUI) yang menjadi science techno park (STP) .

"Tidak hanya membina PUI  menjadi PUI utama tapi berapa banyak PUI utama bisa menjadi science techo park," kata  Pelaksana tugas Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kemristekdikti Patdono Suwignjo   di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) di Malang, Jawa Timur, Jumat.

STP bertujuan untuk mendukung inovasi dan komersialisasi teknologi, pengembangan kreasi usaha dan ekonomi dari hasil hilirisasi riset.

Salah satu contoh PUI yang sudah menjadi STP adalah Taman Sains dan Teknologi Kopi dan Kakao (Coffee and Cocoa Science Techno Park /CCSTP).

STP ini merupakan satu langkah strategis untuk mencetak entrepreneur baru yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember khususnya. 

Sciencepark atau Technopark adalah suatu kawasan terpadu yang menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah dalam satu lokasi yang memungkinkan aliran informasi dan teknologi secara lebih efisien dan cepat.

Patdono mengatakan PUI ke depan harus lebih mengembangkan diri untuk semakin banyak menghasilkan inovasi dan mendayagunakan potensi dan sumber daya secara lebih optimal untuk pengembangan diri. 

Dia juga mendorong STP untuk menghasilkan pengusaha pemula berbasis teknologi atau start up company.

Lebih lanjut dia mengharapkan PUI tidak hanya berdampak nasional tapi juga internasional. Untuk itu, dia mendukung pameran inovasi Indonesia di luar negeri untuk memperkenalkan kemajuan inovasi dan teknologi Indonesia serta menciptakan lebih banyak kerja sama dan menarik lebih banyak mitra.

Baca juga: Kemristekdikti dorong penguatan sistem inovasi daerah
Baca juga: PUI didorong hasilkan inovasi sesuai kebutuhan pengguna teknologi

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019