Ada tiga proposal terpilih yang didanai bersama dengan total dana Rp31 miliar selama tiga tahun,
Jakarta, 7/2 (Antara) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Indonesia bekerja sama dengan Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri Inggris melalui Newton Fund mendanai tiga penelitian di bidang hidrometeorologi pada periode 2019-2021.

"Ada tiga proposal terpilih yang didanai bersama dengan total dana Rp31 miliar selama tiga tahun," kata Menteri Ristekdikti Mohamad Nasir dalam konferensi pers peluncuran kerja sama riset kebencanaan Indonesia dan Inggris melalui Program Newton Fund di Gedung D Kementerian Ristekdikti, Jakarta, Kamis. 

Tiga penelitian itu dipilih dari 23 proposal penelitian yang dinilai oleh pihak Indonesia dan Inggris. Proses pemilihan penelitian dilakukan secara terbuka, transparan dan kompetitif. 

Nasir menuturkan dalam kerja sama penelitian itu, ilmuwan Indonesia dan Inggris akan berkolaborasi dalam riset berstandar tinggi yang bertujuan untuk menghasilkan terobosan dalam kebencanaan, terutama dalam memahami dampak-dampak bencana terkait dengan air maupun lahan.

Hasil kolaborasi itu akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani perubahan iklim, termasuk melalui intervensi kebijakan maupun komunikasi potensi bencana yang efektif.

Tiga proyek penelitian terpilih tersebut pertama, riset yang berjudul "Mitigating hydrometeorological hazard impacts through transboundary river management in the Ciliwung River basin". Riset ini ditujukan untuk meningkatkan pengelolaan badan sungai Ciliwung dan kepedulian masyarakat terhadap ancaman banjir. Peneliti utama dari Indonesia adalah Harkunti Rahayu dari Institut Teknologi Bandung dan dari Inggris adalah Richard Haigh dari University of Huddersfield. 

Kedua, riset yang berjudul "Java Flood One". Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prediksi banjir jangka menengah di beberapa pusat kota pulau Jawa, termasuk Jakarta, Bandung dan Surakarta. Peneliti utama dari Indonesia adalah Agus Mochamad Ramdhan dari Institut Teknologi Bandung dan dari Inggris adalah Simon Mathias dari Durham University.

Ketiga, penelitian berjudul "Extreme rainfall and its effects on flood risk in Indonesia". Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi penyebab utama banjir di Indonesia dan strategi-strategi utama yang dapat memitigasi resiko bencana. Peneliti utama dari Indonesia adalah Suroso dari Universitas Jenderal Soedirman dan dari Inggris adalah Chris Kilsby dari Newcastle University.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan kolaborasi berskala internasional dan komitmen pendanaan akan memberikan dampak signifikan baik secara sosial maupun ekonomi.

Newton Fund, dalam kemitraannya dengan Kementerian Ristekdikti berkomitmen untuk mendanai riset-riset kolaborasi berskala internasional yang dapat memberikan kontribusi positif baik secara sosial maupun ekonomi. 

Dia menuturkan dari total pendanaan sebesar Rp31 miliar untuk mendanai tiga riset itu, Inggris memberikan kontrobusi sebesar 87 persen.

Menurut dia, bencana banjir dan longsor tidak hanya mengancam keberlangsungan hidup masyarakat, namun juga perkembangan ekonomi Indonesia. 

"Ilmuwan terbaik Inggris dan Indonesia bekerjasama dan saling belajar agar bisa membuat suatu perubahan besar, serta menginspirasi generasi ilmuwan muda berikutnya," kata Moazzam.

Bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua dunia, yang mana 54 persen hasil penelitiannya masuk ke dalam kategori terbaik dunia. Kemudian, 38 persen peraih Nobel memilih untuk bersekolah di Inggris. 

"Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia serta berkontribusi membangun Indonesia yang lebih aman, lebih makmur dan lebih unggul," tuturnya.


Baca juga: Batan-Tsing University lakukan penelitian laboratorium bersama
Baca juga: RI usulkan penelitian bersama dampak kenaikan muka air Laut China Selatan

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019