Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menegaskan bahwa Pancasila adalah ideologi yang hidup di tengah-tengah masyarakat sehingga benar-benar dicintai dan masyarakat mau berkorban untuk memiliki ideologi yang sangat kuat untuk Indonesia.

“Kita akhirnya membela Indonesia. Bisakah kita membela Indonesia kalau kita tidak cinta pada Indonesia. Tentu tidak bisa. Kalau kita mencintai negeri kita, pasti kita akan bela. Dengan rasa cinta, pasti kita akan membela apa yang kita cintai,” kata Hidayat Nur Wahid dalam Sosialisasi Kegiatan Bela Negara Lingkup Pemukiman di DKI Jakarta, di  Jakarta, Kamis petang.

Kegiatan yang diikuti peserta pelajar sekolah menengah atas di Jakarta dihadiri Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Tandyo Budi Revita. Menurut Hidayat, sejak awal Pancasila adalah ideologi yang membuat kita semakin mencintai Indonesia. Untuk itu dia menekankan pentingnya untuk mengenal Indonesia.

“Dengan mengerti tentang keseluruhan Indonesia baik geografi, demografi, sejarah, dan potensinya maka kita akan cinta pada Indonesia,” katanya.

Hidayat mengungkapkan sejarah lahirnya bela negara yaitu melalui Keppres No. 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Keppres ini untuk mengingatkan bagaimana para pendiri bangsa cinta pada Indonesia dan melakukan segala upaya membela Indonesia pada waktu lalu.

“Para pendiri bangsa memberi contoh dan teladan bagaimana membela Indonesia tanpa memandang kepentingan kelompok, golongan, perbedaan latar belakang politik, suku, agama,” jelasnya.

Lebih lanjut Hidayat menjelaskan para tokoh itu seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Abdurrahman Baswedan, Sjafruddin Prawiranegara, sangat memahami Indonesia sehingga berada di garda terdepan membela Indonesia.

Sejarah tentang bagaimana pendiri bangsa mencintai dan membela Indonesia, lanjut Hidayat, akan berulang pada generasi-generasi berikutnya. Mencintai dan membela Indonesia dari segala bentuk ancaman dari dalam maupun luar negeri oleh para pendiri bangsa pada masa lalu, sekarang pun bisa terulang.

Namun Hidayat menyayangkan seringkali generasi milenial jaman now sudah lupa dengan sejarah Indonesia. Padahal sejarah itu bisa menjadi rujukan bagi generasi milenial untuk mengetahui asal muasal bela negara itu.

“Kalau kita tidak mempunyai pemahaman yang kokoh dan kuat tentang ideologi negara, sejarah negara, kemudian kewajiban terhadap negara, maka bisa memunculkan kebimbangan. Sangat penting untuk mengingat apa yang dikatakan Bung Karno, yaitu Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah,” katanya.

Hidayat pun meminta para pelajar untuk mulai mengenali Indonesia.

“Kalau tidak kenal dan sayang, bagaimana kita melakukan pembelaan ?. Maka kenalilah Indonesia secara kokoh dan kuat. Kenalilah sejarah para pahlawan bangsa Indonesia. Gadged di kalangan milenial agar dijadikan alat untuk semakin mengenali tentang pahlawan bangsa yang menjadi teladan dalam bela negara,” katanya.

“Potensi ekonomi, geografis, alam, Indonesia sangat luar biasa. Sehingga banyak yang tidak suka kalau Indonesia menjadi kuat. Kita diadu-domba antar pihak, kelompok, golongan, suku, agama. Indonesia menjadi pasar narkoba. Ini untuk membuat Indonesia lemah agar bisa dijajah kembali. Keadaan ini seharusnya bisa membangkitkan Indonesia menjadi negara yang berdaulat. Dengan potensi Indonesia yang luar biasa itu maka sudah selayaknya Indonesia dibela,” tutupnya.

Baca juga: PGK: Diskursus Pancasila harus terus digelorakan
Baca juga: Anggota DPR usulkan Pemerintah hidupkan lagi Pendidikan Pancasila di sekolah


 

Pewarta: Jaka Sugiyanta
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019