Jakarta, 2/3 (ANTARA) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir berkunjung ke Oslo, Norwegia, Kamis (27/2), guna menjajaki peyiapan payung kerja sama riset dan pendidikan tinggi (dikti) dua negara. 

Nasir dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu, mengatakan pertemuan dengan Wakil Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Norwegia Rebekka Borsch menyepakati pelaksanaan pertemuan dalam bentuk dialog komprehensif atau joint working group antara para pengajar Norwegia dan Indonesia untuk membahas berbagai isu terkait kerja sama di bidang riset, teknologi dan pendidikan tinggi, sembari menjajaki kemungkinan penyelesaian payung kerja sama antara kedua negara di masa mendatang.

Payung kerja sama ini ia mengatakan nantinya diharapkan menjadi pedoman mekanisme dan instrumen pendanaan untuk melaksanakan implementasi kerja sama antara Indonesia dan Norwegia yang disepakati kemudian.

Saat ini, menurut dia, Pemerintah Norwegia masih menjalankan program Panorama Strategy hingga 2020, yakni program kerja sama dalam bidang riset dan dikti dengan sejumlah negara prioritas di antaranya Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Amerika Serikat, Jepang, dan negara Nordik lainnya. 

Hingga program tersebut berakhir, Pemerintah Norwegia tidak akan menandatangani perjanjian kerja sama pendidikan tinggi dan riset dengan negara lainnya di luar negara prioritas tersebut. Namun, Nasir mengatakan evaluasi akan mereka lakukan dan terdapat kemungkinan akan melebarkan jangkauan kerja sama dengan lebih banyak negara setelah program selesai. 

Pemerintah Indonesia dan Norwegia memandang penting kerja sama dalam bidang pendidikan yang telah berjalan selama ini, antara lain kerja sama “U-to-U” yang dilakukan Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Agder yang telah berlangsung selama 25 tahun. 

Di masa mendatang, Pemerintah Norwegia berharap lebih dari 50 persen mahasiswanya  dapat melanjutkan pendidikan tinggi di luar negeri. 

 

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (tengah) menggunakan kacamata 4D untuk melihat cairan di dalam tangki saat visitasi ke Laboratorium Mekatronika Universitas Adger di Oslo, Norwegia, Kamis (27/2/2019). (Dokumentasi Kemristedikti)

Sehubungan dengan itu, Nasir mengatakan Pemerintah Norwegia mengharapkan data mengenai pendidikan tinggi Indonesia, termasuk informasi mengenai bantuan bagi mahasiswa asing. Informasi tersebut diharapkan dapat memperkaya buku putih yang sedang mereka susun, sebagai referensi bagi siswa Norwegia untuk memilih negara tujuan pendidikan tinggi di Asia. 

Sementara itu, dalam pertemuan dengan Rektor Universitas Oslo Svein Stølen, dirinya membahas upaya peningkatan kerja sama pendidikan antara Universitas Oslo dengan berbagai universitas di Indonesia. Namun demikian, diharapkan pemerintah kedua negara terlebih dahulu memiliki sebuah perjanjian kerja sama pendidikan tinggi yang dapat memayungi berbagai kegiatan dalam rangka peningkatan kerja sama di bidang riset dan dikti. 

Rektor Universitas Oslo, menurut dia, juga menyambut baik ide penyelenggaraan pertemuan profesor Indonesia dan Norwegia setiap tahunnya yang akan membahas berbagai isu terkait riset dan pendidikan tinggi dalam kaitannya dengan bisnis dan pembangunan. 

Pertemuan tersebut mengidentifikasi sejumlah bidang-bidang prioritas riset yang serupa di antara Indonesia dan Norwegia seperti socio-humaniora, teknologi ramah lingkungan (energi alternatif dan terbarukan), kelautan juga kemaritiman yang dapat dijajaki oleh kedua negara.

Sedangkan dalam pertemuan dengan Rektor Universitas Agder Frank Reichert serta perwakilan sejumlah lembaga riset, lembaga penjamin mutu pendidikan tinggi dan perwakilan kelompok bisnis Norwegia, menurut dia, terungkap soal pendanaan riset dan pengembangan (risbang) Norwegia yang mencapai 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), yakni sekitar 6 miliar NOK atau Rp9,9 triliun. 

Sedangkan bidang-bidang yang menjadi prioritas risbang Norwegia saat ini antara lain perubahan iklim, maritim, kesehatan, energi terbarukan, reformasi birokrasi dan pelayanan publik, Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK) dan seterusnya. 

Baca juga: Kunjungi Seoul, Menristekdikti bahas pengembangan universitas siber

Baca juga: Pemerintah godok regulasi insentif pajak untuk riset industri

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019