Hal itu sekaligus memberikan tantangan terhadap pertahanan udara China di Laut China Selatan
Beijing (ANTARA) - Para pengamat di China melihat keputusan Singapura membeli jet tempur F-35 dari Amerika Serikat bukan merupakan ancaman bagi negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.

Menurut mereka, Singapura telah 30 tahun mengimpor jet tempur canggih buatan AS dan rencana F-35 itu hanya merupakan program lanjutan strategi pertahanan nasional negara kecil yang memiliki peralatan militer canggih itu.

"Saya pikir hal itu (impor F-35) tidak ditujukan kepada China," kata Direktur Eksekutif "China Center for Collaborative Studies of the South China Sea" Nanjing University, Zhu Feng, dikutip media resmi setempat, Senin.

Pernyataan tersebut menanggapi pemberitaan media AS bahwa keputusan Singapura itu mengindikasikan peningkatan perhatian atas ambisi regional China sehingga Beijing sudah seharusnya memandang rencana pembelian F-35 tersebut sebagai bukti  bahwa desakan kuat kehadiran AS di kawasan Asia-Pasifik masih ada.

Analisis media AS tersebut konyol, demikian pendapat sejumlah pengamat di China.
Jet tempur F-20 buatan China saat di Airshow China 2016. (Wikipedia)

Kalau rencana pengadaan jet tempur baru oleh Singapura itu ditujukan kepada China, kenapa di dalam daftar pembelian terdapat opsi J-20 (buatan China)? tanya seorang pengamat militer China yang tidak ditulis namanya oleh Global Times.

Tidak masuk akal mengaitkan pembelian jet tempur itu dengan "pesan terhadap China" karena jet-jet tempur di empat negara yang merupakan sekutu utama AS di wilayah Asia-Pasifik itu sejak semula memang diimpor dari AS, tambah pengamat tersebut.

Menurut dia, pesawat-pesawat tempur tua milik Jepang, Korea Selatan, dan Australia sudah lewat masanya dan mereka membutuhkan pembaruan. Karena itu, rencana Singapura itu adalah langkah wajar dalam upaya memperbarui alutsistanya.

Meskipun demikian, para pakar China juga mengingatkan bahwa penyebaran satuan F-35 di negara-negara sekutu AS memberikan keuntungan tersendiri bagi negara adidaya itu dalam menjalankan operasi di kawasan Asia-Pasifik.

Hal itu sekaligus memberikan tantangan terhadap pertahanan udara China di Laut China Selatan yang sampai saat ini menjadi sengketa antara China dan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

Terkait dengan jaringan informasi militer AS, para pakar mencatat bahwa meskipun sekutu-sekutu utama AS tidak terlibat dalam peperangan, mereka tetap bisa berbagi berbagai jenis informasi dengan AS.

Pada awal Maret, Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen mengumumkan rencana pembelian 12 unit pesawat tempur jenis F-35.

Pesawat kursi tunggal dan bermesin tunggal buatan Lochkeed Mertin itu dirancang tahan segala cuaca. Pesawat tempur generasi kelima tersebut mampu menjalankan misi serangan darat dan superior di udara.

Pesawat tempur jenis J-20 buatan China, yang masuk dalam daftar pilihan Singapura, juga berkursi tunggal  namun bermesin ganda. Pesawat tempur generasi kelima yang dikembangkan di Chengdu untuk mendukung Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China itu juga dirancang tahan dalam segala cuaca.  


Baca juga: T-50i Golden Eagle TNI AU gelar Operasi Panah di NTT
Baca juga: Skadron Udara 16 tutup tahun dengan cuci jet tempur
Baca juga: Jepang akan beli lagi jet-jet tempur siluman buatan Amerika Serikat

 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019