Sibolga (ANTARA) - Presiden Joko Widodo berpesan kepada para ibu korban bom di Sibolga agar berhati-hati pasca ledakan di rumah terduga teroris Abu Hamzah.

"Ibu-ibu hati-hati semuanya, hati-hati," kata Presiden Joko Widodo di lokasi posko tanggap darurat ledakan bom kota Sibolga, Sumatera Utara, pada Minggu.

Di lokasi itu sudah berkumpul sekitar seratusan warga yang terkena korban bom yang diledakkan istri terduga teroris Abu Hamzah pada Rabu (13/3) dini hari.

"Tadi sudah bicara dengan Pak Wali, yang berat akan diberikan Rp25 juta untuk memulai lagi membangun rumahnya, nanti menteri (sosial) akan ke sini, coba ada bantuan apa nanti saya lihat tapi saat ini segera cepat untuk memulai pembangunan, kemudian tidak kelihatan itu kayak apa lapangan dan menyebabkan trauma kita semuanya ya," ungkap Presiden.

Presiden sebelumnya sudah melihat lokasi ledakan yang merupakan bekas rumah Abu Hamzah yang tinggal berbentuk kubangan besar dan menyisakan rangka-rangka rumah tetangga karena ledakan beberapa bom berkekuatan rendah tersebut.

"Total bantuannya Rp1,451 miliar, korban (rumah rusak) berat Rp25 juta, sedang Rp5 juta, yang ringan Rp3 juta, ini Pak wali kota tahu rinciannya, nanti diurus RT/RW, sama ibu-ibu ya," tambah Presiden.

Sedangkan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang ikut mendampingi Presiden meninjau lokasi tersebut mengatakan bahwa ia akan mengevaluasi sistem keamanan di Sumut.

"Dia (Abu Hamzah) sudah 1 tahun di sini masa tidak tercium? Jadi sismenas, sistem manajemen nasional di tingkat desa didampingi Babinsa (Bintara Pembina Desa) dan Bhabinkantibmas (Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) makanya bisa 1x24 jam lapor itu tugas Babinsa dan Bhabinkantibmas, ini lepas sampai 1 tahun orang bisa merakit bom di situ, kok tidak tercium? ini untuk instropeksi dan evaluasi kita," kata Edy Rahmayadi.

Menurut Edy, teroris mendapat kesempatan karena situasi masyarakat yang dinilai aman.

"Bom ini memang kita selalu lengah kalau sudah jadi aman, suburnya teroris di tempat yang aman karena dia perlu waktu untuk menyusun, merekrut, untuk itu ke depan kita punya Babinsa, Bhabinkantibmas, bisa difungsikan lagi," tambah Edy.

Namun Edy meminta agar masyarakat tidak menyangkutkan teror yang dilakukan teroris dengan agama Islam.

"Disangkutpautkan dengan agama itu salah sekali, Islam itu 'rahmatan il alamin', tidak ada membunuh orang, membunuh nyamuk tidak boleh dilakukan kasar, ini perbedaan paham dalam memahami ajaran itu salah dan itu merugikan orang lain dan itu sangat jelek," ungkap Edy.

Ia pun meminta agar perangkat pengelola desa termasuk Babinsa dan Bhabinkantibmas dapat berkeja dengan lebih baik ke depannya.

"Setahu saya satu desa itu satu Babinsa dan satu Bhabinkantibmas, kalau itu bekerja dengan baik saya yakin itu bisa, tapi soal jaringan lain di Sumut, sudah ada ahlinya itu, saya tidak boleh juga mendahului itu, nanti salah sebut saya, yang jelas pasti dievaluasi, merugikan sekali untuk bangsa, provinsi, kabupaten, untuk rumah tangga semua dibikinnya rugi itu," tegas Edy.

Terduga teroris Abu Hamzah ditangkap pada Selasa (12/3). Sedangkan istrinya, Solimah, meledakkan bom rakitan pada sekitar pukul 01.20 WIB, Rabu (13/3). Upaya negosiasi berjam-jam polisi--yang juga menggandeng ulama--tak membuahkan hasil.

Ia meledakkan diri bersama anaknya berusia sekitar 2 tahun. Keduanya tewas dengan kondisi jasad tak utuh. Ledakan itu menyebabkan lebih dari 100 keluarga rumahnya ikut rusak.

Baca juga: Presiden Jokowi serahkan bantuan kepada korban bom Sibolga

Baca juga: Presiden hadiri Deklarasi Pengemudi Truk pelopor keselamatan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019