Yang jelas kita ingin di Jabar menang
Depok (ANTARA) - Calon presiden petahana Joko Widodo menyatakan keinginannya untuk menang di Provinsi Jawa Barat (Jabar) meskipun tidak ingin muluk-muluk menetapkan target yang tinggi.

"Yang jelas kita ingin di Jabar menang," kata Joko Widodo (Jokowi) setelah acara "Silaturahim Kebangsaan Jokowi" di Hotel Bhumi Wiyata Kota Depok, Jawa Barat, Kamis.

Jokowi, misalnya, menargetkan untuk meraih 55 persen suara di Kota Depok.

Ia dan timnya salah satunya memilih Kota Depok sebagai kota yang dikunjunginya dalam rangkaian kampanye menjelang Pilpres 2019 pada 17 April 2019.

"Ya namanya target kan boleh-boleh saja, masa memberi target enggak boleh," ucapnya.

Jokowi memilih berkampanye di Kota Depok karena melihat pemilih yang belum menentukan pilihannya.

"Ya dari angka-angka yang kita lihat di sini pemilih yang belum menentukan pilihannya masih besar. Sehingga itu yang perlu kita ambil," tambahnya.

Jokowi menjelaskan setiap datang ke daerah untuk berkampanye hampir pasti telah melakukan kalkulasi.

"Kita ini datang ke sebuah kota ada kalkulasinya, ada angka-angkanya, ada data-datanya, tidak awur-awuran," tegasnya.

Jokowi menemui pendukungnya di Hotel Bumi Wiyata Depok, dan beberapa tim kampanye yang hadir di antaranya Moeldoko, Puan Maharani, Pramono Anung, Erick Thohir, M. Luthfi, dan Abdul Kadir Karding.

Jokowi memberikan target suara 55 persen di Kota Depok dan mengungkapkan hasil survei tim internalnya di kota itu.

"Perlu saya buka, survei sampai hari ini, di Kota Depok masih pada posisi 'fifty-fifty', 46 persen: 46 persen, sama-sama. Artinya, untuk mencapai (55 persen) yang saya sampaikan itu tidak sulit," ujar Jokowi.

Pada kesempatan ini, Jokowi menyayangkan banyaknya fitnah dan kabar bohong yang banyak bertebaran di tengah masyarakat.

"Ini sebetulnya saya udah 4,5 tahun dihina, dijelekkan, difitnah, dimaki-maki, dicela. Semuanya komplit masuk ke saya 4,5 tahun," ucapnya.

"Saya diem, saya ngga menjawab. Tapi saya hari ini mau jawab, boleh?" kata Jokowi.

Dia lalu memberikan contoh fitnah tentang Partai Komunis Indonesia (PKI).

"PKI dibubarkan tahun ’65-’66. Saya lahir tahun ’61, umur saya baru 4 tahun. Saya masih balita. Apa ada PKI balita? Cak Lonthong bilang 'mikir, mikir, mikir’'. Itu yang mau fitnah itu nggak mikir," ucap Jokowi geram.

Tidak sampai di situ, Jokowi juga bercerita bahwa fitnah PKI tersebut juga menerpa orang tua dan kakek-neneknya.

"Ya, dicek aja, tabayyun ke Solo. NU ada di Solo, Muhammadiyah ada di Solo. Deket masjid itu rumah saya. Gampang banget!" tuturnya.

Jokowi menegaskan bahwa dirinya dan keluarganya adalah seorang muslim sejak lahir.

"Perlu saya sampaikan, kakek-nekek saya muslim, ibu-bapak saya muslim, keluarga besar saya semuanya muslim. Jangan sampai difitnah PKI," tegas Jokowi.

Kabar hohong yang lain, terang Jokowi, adalah pelarangan azan. "Itu bohong, itu fitnah. Cawapresnya aja Ketua Majelis Ulama Indonesia," ujar Jokowi, menegaskan.

Meski berbagai kebohongan tersebut tidak masuk akal, namun Jokowi mengingatkan para pendukungnya agar tetap waspada.

"Hati-hati, dari survei terakhir yang kita lakukan, 9 juta percaya dengan isu-isu itu. Oleh sebab itu, kalau ada rekan, kawan terkena pengaruh isu-isu seperti itu, segera diluruskan, dibetulkan, diberikan penjelasan," tutunya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2019