Kekerasan harus dilawan. Solidaritas kemanusiaan universal mesti ditumbuhkan
Kupang (ANTARA) - Gerakan Kristiani Indonesia Raya (Gekira) meminta Pemerintah Sri Lanka dan dunia internasional  mengusut tuntas aksi pengeboman pada Minggu Paskah yang menewaskan ratusan warga di negara itu.

"Kami Gekira menyatakan dukacita mendalam dan solidaritas yang sebesar-besarnya terhadap para korban dan keluarga korban aksi brutal di Minggu Paskah, Minggu (21/4)," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Gekira kepada wartawan di Kupang, Senin.

Sebelumnya pada Minggu (21/4)  terjadi aksi pengeboman di Sri Lanka khususnya di gereja dan hotel di negara itu.

Menurut harian yang dikelola pemerintah, Daily News, sebanyak delapan ledakan dan enam di antaranya pada Minggu pagi dan sisanya pada siang hari, dilaporkan terjadi di dalam dan luar Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo.

Aksi pengeboman itu menewaskan sedikitnya 207 orang dan melukai 450 orang lagi.

Gekira menilai aksi brutal ini sangat mencederai rasa kemanusiaan (sensus humanitas), rasa keagamaan (sensus religiositas) dan rasa keimanan (sensus fidei) umat Kristiani yang sedang merayakan hari raya keagamannya.

Gekira meminta setiap pihak untuk tetap berwaspada terhadap aksi-aksi brutal kaum radikalis. Sebab agama bukan tempat menabur benih kekerasan.

"Apapun alasannya, kekerasan harus dilawan. Solidaritas kemanusiaan universal mesti ditumbuhkan untuk melawan kekerasan ini," ujar Fary.

Pihaknya juga meminta setiap orang untuk mendoakan para korban tragedi Minggu Paskah itu.

"Semoga dalam terang kebangkitan Paskah, para korban yang meninggal dapat beristirahat dalam kedamaian surgawi dan keluarga diberi kekuatan menerima situasi dukacita ini," katanya.

Gekira juga lanjut dia mengutuk keras aksi kejahatan terhadap kemanusiaan ini. "Sikap mawas diri, berjaga-jaga dan berwaspada harus terus dihidupkan agar tidak terjadi lagi kasus serupa di Sri Lanka maupun di tanah air kita Indonesia ini.* 


Baca juga: PGI kecam teror bom di Sri Lanka
Baca juga: Ansor kutuk teror bom Srilanka

 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019