Jakarta (ANTARA) - Pendiri Peace Generation Indonesia Irfan Amalee mengatakan gerakan milenial peduli dunia maya yang mengusung konten damai guna menandingi propaganda kelompok radikal terorisme harus menjadi gerakan global.

Ia berharap duta damai dunia maya, program yang diinisiasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam merekrut dan melatih anak muda sebagai agen perdamaian di dunia maya bisa terus berkembang baik jumlah maupun kualitasnya.

"Duta damai dunia maya harus kuantitatif dan luas sehingga bisa menjangkau lebih banyak karena arus radikalisme dan propaganda ekstremisme itu sangat cepat dan banyak. Perluasan duta damai dunia maya harus eksponensial, tidak bisa satu-satu," ujar Irfan Amalee di Jakarta, Kamis.

Bersamaan dengan peningkatan jumlah duta damai dunia maya, lanjut Irfan, kualitas dan kemampuan anak-anak muda yang terlibat di dalamnya dalam memproduksi konten juga harus ditingkatkan.

"Kualitas ini sangat penting karena faktanya konten-konten kelompok radikal dibuat dengan kualitas yang sangat baik. Artinya, kalau konten itu tidak diimbangi konten damai yang berkualitas maka penyebaran konten propaganda radikal terorisme sulit dibendung," untuk ujar Irfan.

Masyarakat terutama generasi muda, lanjut Irfan, tentu lebih tertarik pada konten baik berupa gambar, tulisan, video, maupun games yang berkualitas dan bagus, dibandingkan konten yang dibuat seadanya.

Baca juga: BNPT: Pelibatan sesama anak muda lebih efektif cegah radikalisme

"Kalau sekarang visual is the king. Kalau gambar atau videonya biasa aja, nggak menarik, pasti tidak ada yang mau melihatnya," ungkap pria jebolan Brandeis University, Waltham, Massachusetts, USA ini.

Irfan mengaku sejauh ini Peace Generation lebih banyak membuat konten berupa games dan menyelipkan pesan perdamaian di dalamnya. Pertimbangannya games bisa lebih cepat menarik perhatian anak muda.

"Menurut survei di kelompok milenial, semuanya sudah gemifikasi. Mau aplikasi apa saja sudah digemifikasi. Games itu sudah jadi bahasa muda," ujar Irfan.

Menurut Irfan, games itu sebenarnya pola pembelajaran atau penularan gagasan dengan pengalaman, bukan dengan pengajaran ataupun ceramah.

"Main games 40 menit sama dengan mendengarkan ceramah 4 jam, banyak yang diselipkan di sana dan itu tidak diceramahkan, tapi mereka bisa mencari solusinya," ujar Irfan.

Baca juga: Duta Damai Dunia Maya direncanakan diperluas hingga antarbenua

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2019