London (ANTARA) - Dubes Indonesia di Oslo Todung Mulya Lubis mengatakan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia, saat ini Norwegia mengimpor beberapa produk berbagai jenis ikan laut seperti barramundi, tuna, red snapper, macarrel) dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting (king crab), udang (emperor prawn/shrimp), cumi-cumi, lobster dan rumput laut.

Hal itu terungkap saat Dubes Todung Mulya Lubis berkujung ke perusahaan Importir Norwegia Sletten Norge AS (sektor seafood) dan Scanesia AS (produk makanan/minuman kemasan)

Fungsi Ekonomi KBRI Oslo, R. Wisnu Lombardwinanto yang ikut mendampingi Dubes kepada Antara London, Jumat menyebutkan pertemuan diadakan untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan dihadapi, khususnya proses impor, distribusi dan pemasaran komoditi hasil laut dan produk makanan/minuman kemasan dari Indonesia, sekaligus mencari solusi guna mendukung upaya peningkatan ekspor Indonesia ke Norwegia.

Dikatakannya Dubes juga peninjauan gudang (warehouse) importir untuk melihat langsung penyimpanan produk-produk yang diimpor dari Indonesia dan proses pendistribusiannya kepada pelanggan di wilayah Norwegia, termasuk negara-negara Nordik dan Eropa lainnya.

Pada pertemuan di kantor pusat Sletten Norge AS (SN-AS) di Oslo, CEO SN-AS, Mr. Mani Sletten, meyampaikan informasi mengenai beberapa produk yang selama ini diimpor langung (direct) dari Indonesia, yaitu berbagai jenis ikan laut (barramundi, tuna, red snapper, macarrel) dan komoditi hasil laut lainnya seperti kepiting (king crab), udang (emperor prawn/shrimp), cumi-cumi, lobster dan rumput laut.

Dikatakannya proses pembersihan, pemotongan, pengepakan (vacuum) dan pendinginan/pembekuan komiditi tersebut dilakukan di Indonesia, selanjutnya dikirim ke Norwegia dengan kapal laut dengan volume rata-rata impor sekitar 10-20 ton per minggu. SN-AS mendistribusikan produk yang diimpornya kepada whole-sellers di seluruh wilayah Norwegia dan Nordik, serta negara Eropa lainnya.

Menurut kedua importir tersebut komoditi hasil laut Indonesia umumnya masuk dalam benchmark mereka dan tropical-fish yang masih memiliki peluang besar di pasar Eropa. Namun demikian, eksportir diharapkan dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas produknya, yang diketahui asalnya dan mempertahankannya , sehingga dapat memenuhi prasyarat/sertifikasi ditetapkan di Eropa, khususnya di Norwegia.

Dubes Todung Mulya Lubis menyampaikan Indonesia telah menjadi eksportir terbesar tuna di dunia. Indonesia memiliki keunggulan, antara lain sebagai pemimpin dunia dalam pemberantasan Illegal, Unreported, Unregulated (IUU) Fishing dan pioneer dalam kerangka kerja sama The Agreement on Port State Measures (PSMA) FAO), sehingga tidak diragukan lagi dari segi legalitas dan traceability komoditi hasil laut. Dengan semakin gencarnya upaya pemberantasan IUU Fishing dan praktek penangkapan ikan (termasuk budidaya ikan) yang berkelanjutan, merupakan suatu keniscayaan komoditi hasil laut Indonesia akan semakin mendominasi pasar dunia di masa mendatang.

Dubes mendorong peran aktif SN-AS dalam meningkatkan volume dan nilai ekspor komoditi hasil laut Indonesia di Eropa, khususnya di Norwegia. Untuk itu dia mengundang partisipasi SN-AS dalam pameran perdagangan Trade Expo Indonesia (TEI) yang akan diadakan di ICE BSD Banten Oktober mendatang, sekaligus pelaksanaan BtoB Meeting dan mengunjungi sentra-sentra penangkapan/budidaya/pengolahan ikan lestari (sustainable fisheries) di Indonesia.

Sementara itu dalam pertemuan dengan pemilik perusahaan Scanesia AS, di gudang penyimpanan (warehouse) Scanesia AS, Oppegård, Ski sekitar 37km selatan Oslo, Mrs. Emmy Jørgensen menyampaikan perusahaanya telah beroperasi puluhan tahun mengimpor produk makanan/minuman kemasan dari Indonesia dipasarkan di Norwegia, dan negara Nordik.

Beberapa produk makanan/minuman kemasan Indonesia yang diimpor antara lain beragam bumbu masak dan sambal/kecap/saus kacang KOKITA, Mie Instan dan sambal/kecap ABC, mie/spagheti kemasan dan sambal/kecap/bumbu sate BALI Kithcen, NU Green Tea, Exotico (minuman kemasan), Permen Jahe (Sina – Sidoarjo), Bon Cabe KOBE, jus buah (kemasan) ABC, dan sebagainya.

Scanesia AS merupakan salah satu importir yang secara konsisten mengimpor dan memasarkan produk yang mengandung minyak sawit Indonesia di Norwegia, sekaligus mendukung berbagai kampanye positif sawit Indonesia di Norwegia.

Saat ini produk Indonesia yang diimpor Scanesia AS dipasarkan di beberapa supermarket besar di Norwegia, seperti Meny, Kiwi, Rimi, ICA, Coop, Rema 1000, dan Europris.Beberapa kendala yang masih dihadapi Scanesia AS antara lain besaran tarif masuk impor beberapa poduk Indonesia yang dinilai masih relatif tinggi dan menyebabkan harga jual produk menjadi lebih mahal sehingga sulit dipasarkan di Norwegia (kalah bersaing dengan produk serupa lainnya).

Selain itu, kualitas produk juga seringkali masih rendah dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan pasar Eropa, termasuk jaminan keberlangsungan suplai produk berkualitas yang sesuai standar Uni Eropa/Norwegia). Produk asal Indonesia juga belul dikenal luas oleh publik Norwegia, karena kurangnya promosi, serta banyaknya produk substitusi yang didukung dengan promosi yang mumpuni dan mudah diperoleh pelanggan.

Dubes menyampaikan Indonesia dan negara-negara EFTA termasuk Norwegia dalam proses ratifikasi perjanjian IE-CEPA diharapkan dapat mengurangi hambatan tarif dan memperlancar arus barang, sehingga dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Norwegia.

Untuk itu Dubes mendukung perlunya promosi produk secara berkelanjutan di Norwegia, yang pada akhirnya mengukuhkan eksistensi branding produk dalam market-share di Norwegia.

Dubes mendorong peningkatan laju investasi dari Norwegia ke Indonesia guna mendukung pembangunan kapasitas industri nasional yang berorientasi ekspor, sehingga berdaya saing tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar internasional.

 

   

 

 

 

 

 

 

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019