Ini dilakukan untuk mencapai peradaban Indonesia yang maju dan sesuai dengan perkembangan zaman
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Direktorat Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid mengajak semua pihak untuk bersama-sama merawat keragaman budaya dengan memajukan kebudayaan itu sendiri,  sebagai landasan pembangunan Indonesia ke depan.

"Ini dilakukan untuk mencapai peradaban Indonesia yang maju dan sesuai dengan perkembangan zaman," kata Hilmar dalam penyampaian rekomendasi Seminar Nasional Kebangsaan yang digelar di Hotel JW Luwansa, Jakata, Kamis.

Menurut Hilmar, strategi Kebudayaan Indonesia yang dirumuskan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018 merupakan dokumen strategis sebagai leading sector pembangunan Indonesia ke depan.

Kebudayaan adalah proses belajar yang terus menerus untuk menghadapi tantangan masa depan. Dengan proses kebudayaan kita memperbarui diri menjawab tantangan-tantangan zaman, katanya.

"Ini adalah kerja kita bersama, kerja gotong-royong seluruh warga bangsa. Kita secara bersama-sama perlu terus merumuskan suatu strategi kebudayaan yang mampu secara dinamis membimbing proses pembangunan Indonesia maju yang adil dan beradab dalam dunia yang terus berubah cepat," kata Hilmar.

Strategi kebudayaan, lanjut dia, akan menjadi arah membangun peradaban bangsa di tengah transformasi budaya global yang serba digital.

Upaya pembangunan yang berlandaskan kebudayaan yang aksinya ditegaskan bersama dalam Seminar Kebangsaan ini harus menjadi gerakan aksi kebudayaan di semua ruang-ruang kebudayaan yang inklusif dan toleran.

"Dengan jalan kebudayaan itu kita menjaga dan memperkuat kepribadian bangsa, kelestarian kebudayaan, kemampuan kita menjadi bangsa mandiri untuk berdiri di atas kaki sendiri, sekaligus memperkuat persatuan dan kesatuan nasional," ucap dia.

Karena itu, ada tiga pokok yang perlu ditegaskan lagi yakni perlunya Bangsa Indonesia mempertahankan kepribadian baik karakter dan mental, serta jati-dirinya sebagai bangsa dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial dan menghadapi transformasi budaya di era digital.

"Kedua, bangsa Indonesia perlu membangun kebudayaan nasional Indonesia yang mendorong terbentuknya masyarakat yang rasional, kritis, inklusif, terbuka, dan kompetitif dalam pergaulan lintas budaya di tengah arus globalisasi, yang membawa perubahan gaya hidup, pola konsumsi, disrupsi teknologi, dan pengaruh budaya massa," kata dia.

Adapun yang ketiga, bangsa Indonesia perlu terus meneguhkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa dengan memberikan perhatian ekstra serius disertai usaha-usaha yang efektif di tengah lalu-lintas silang budaya yang semakin deras.

Hilmar menyebut seminar yang diselenggarakan sejak 3 sampai 4 Juli 2019 itu memang bermaksud untuk mengkonsolidasikan gagasan dan menggerakkan aksi bersama di jalan kebudayaan.

"Kebudayaan kita dalam dimensi kekinian dan perspektif masa depan perlu fokus menghadapi tantangan budaya yang membawa potensi disintegrasi sosial: ideologi trans-nasional yang membawa nilai- nilai intoleransi, eksklusivisme, radikalisme dan sektarianisme, krisis karakter dan budaya, krisis kebangsaan dan bernegara," ucap dia.

Baca juga: Seminar nasional kebudayaan lahirkan sejumlah rekomendasi
Baca juga: Lemhanas: Potensi kekayaan budaya harus terus diusahakan

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019