Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berbicara tentang bahaya perang "mindset" pada Indonesia International Defense Science Seminar (IIDSS) 2019 yang digelar di Jakarta, Senin.

"Ancaman paling berbahaya adalah perang mindset, perebutan pengaruh berdasarkan ideologis yang mengancam Indo-Pasifik, yang didengungkan oleh aktor yang ingin menyebarkan radikalisme," kata Ryamizard.

Menhan menyebut salah satu kelompok radikal, yakni Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) adalah kelompok politis antar negara dan tidak perlu didukung.

Menurut dia, tidak ada sangkut paut antara ISIS dengan ajaran agama Islam.

"ISIS hanyalah buah dari konflik domestik di Irak dan Suriah. dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama. Kenapa malah didukung?" katanya.

ISIS di negara Arab Saudi yang mayoritas beragama Islam saja tidak boleh masuk. Karena itu di Indonesia juga harus melakukan hal yang sama.

"Kalau di sini berkeliaran, itu bahlul," tegasnya.

Baca juga: Menhan: perangi teroris jadi dasar bangun kerja sama Indo-Pasifik
Baca juga: Ryamizard Ryacudu: Ambil alih inisiatif atasi terorisme
Baca juga: Menhan dukung anggota TNI daftar capim KPK


Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini menyebutkan, ada beberapa ancaman utama yang mengancam bangsa saat ini.

"Ancaman belum nyata, perang terbuka antarnegara diharapkan tidak terjadi. Selama itu tidak ada, kita tetap bersahabat. Ancaman nyata, ancaman teroris dan radikalisme, separatis, pemberontakan bersenjata bencana alam, perampokaan, pencurian kekayaan alam, kejahatan siber," tuturnya.

Ryamizard menegaskan ancaman-ancaman tersebut akan terus berulang dan mengintai keutuhan bangsa. Dari semua ancaman itu, ancaman utama yang paling berbahaya adalah perang mindset.

"Ancaman mindset ini berbahaya secara terstruktur, sistematis, dan masif untuk memengaruhi masyarakat," katanya.

Baca juga: Menhan tunggu penyelidikan helikopter MI-17 hilang kontak
Baca juga: Ryamizard serukan jaga keberagaman dalam bingkai persatuan
Baca juga: Menhan Ryamizard ingatkan jaga persatuan bangsa pasca-Pemilu


Karena itu, kesamaan cara pandang di dalam menghadapi ancaman bersama itu menjadikan kekuatan bagi kawasan untuk terus bersatu dan berkolaborasi.

"Misalnya, dengan budaya membangun persamaan yang saling menghormati, saling percaya dan tidak mencampuri urusan masing-masing negara," katanya.

Pada IIDSS 2019 ini, Universitas Pertahanan selaku penyelenggara menyuguhkan tema Enhancing Defense Cooperation to Deal with Terrorism. Cyber Threats and Natural Disaster,  yakni meningkatkan kerjasama pertahanan dalam menghadapi ancaman terorisme, dunia siber dan bencana alam.

Seminar tersebut mengundang pakar pertahanan dunia, rektor atau dekan dari beberapa universitas pertahanan dunia. IIDSS juga mengundang duta besar negara sahabat, atase pertahanan, kepala organisasi internasional dan lembaga pemikir dari berbagai negara dunia serta pengamat militer.

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019