Saya mengharapkan Kementerian Perindustrian memberikan tanda bahwa ini garamnya tinggi, ini gulanya tinggi. Kalau saya diabetes saya lihat tanda ini, saya nggak jadi beli kalau gula tinggi. Kan ada yang gulanya rendah, saya bisa beli yang gulanya ren
Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Nila Moeloek berharap masyarakat dan kementerian-lembaga lain membantu untuk menekan jumlah kasus penyakit tidak menular (KPM) dengan mencegahnya sejak dari pangkal penyebab.

"KIta lihat stroke, bayangkan dari 500 pasien sehari, yang datang 70 persennya stroke. Yuk ubah perilaku masyarakat kita," kata dia di Jakarta, Senin, mengomentari jumlah kunjungan pasien RS Pusat Otak Nasional dalam sehari.

Tren jumlah PTM meningkat di seluruh provinsi Indonesia dilihat dari data Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang dikeluarkan oleh Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan data IPKM, tidak ada satupun sub indeks penyakit tidak menular di 34 provinsi Indonesia menunjukkan hasil baik. Meskipun secara umum angka IPKM nasional meningkat.

Baca juga: Kasus penyakit tidak menular meningkat di seluruh Indonesia

Nila menjelaskan alasan meningkatnya kasus penyakit tidak menular di Indonesia dikarenakan pola hidup masyarakat yang tidak sehat. Pola hidup yang buruk dikaitkan dengan kebiasaan merokok, meminum alkohol, pola makan tidak sehat, tidak berolahraga dan lainnya.

Oleh karena itu untuk menekan jumlah kasus PTM harus dilakukan dengan mengubah perilaku masyarakat Indonesia jadi lebih sehat.

Pemerintah juga bisa melakukan intervensi untuk memaksa masyarakat melakukan pola hidup sehat, salah satunya bisa dengan menaikan cukai rokok agar harga rokok tak terjangkau dan perokok berkurang.

Baca juga: Tidak dinaikkannya cukai rokok sebabkan defisit BPJS Kesehatan

Selain itu bisa juga dengan menerapkan regulasi pembatasan gula garam lemak di produk makanan agar masyarakat Indonesia tidak mengonsumsi makanan dengan kadar garam atau gula yang tinggi.

Menkes berharap Kementerian Perindustrian bisa mengeluarkan kebijakan pelabelan pada produk makanan mengenai makanan atau minuman yang tinggi garam atau gula.

"Saya mengharapkan Kementerian Perindustrian memberikan tanda bahwa ini garamnya tinggi, ini gulanya tinggi. Kalau saya diabetes saya lihat tanda ini, saya nggak jadi beli kalau gula tinggi. Kan ada yang gulanya rendah, saya bisa beli yang gulanya rendah, itu namanya mengubah," kata Nila mencontohkan.

Baca juga: Prevalensi penyakit tidak menular Indonesia meningkat

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019