Surabaya (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong setiap pemerintah daerah di Indonesia untuk membuat pengolahan limbah domestik sendiri, sebab 70 sampai 80 persen pencemaran laut berasal dari limbah domestik.

"Kami mendorong setiap pemda untuk membuat pengolahan limbah sendiri, sebab sebagian besar atau sekitar 70-80 persen pencemaran air laut berawal dari kegiatan domestik," kata Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah di Surabaya, Kamis.

Karliansyah usai Workshop Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Pesisir mengatakan selain plastik saat ini beberapa pengamat dan ahli limbah di Indonesia menemukan ada sumber pencemaran laut yang juga berbahaya apabila terakumulasi.

Sumber itu, kata dia, berasal dari pelembab kecantikan wanita serta pelembab anti nyamuk yang sering digunakan masyarakat, sebab usai digunakan pelembab itu masih meninggalkan bekas yang terbawa oleh air.

"Ada sumber lain yang menjadi masalah pencemaran laut yakni bekas kosmetik, serta sisa obat-obatan yang dikonsumsi. Dan ini hampir terjadi di seluruh bagian Indonesia," katanya kepada wartawan.

Untuk itu, kata dia, apabila setiap daerah memiliki sistem pengolahan limbah domestik bisa mengurangi pencemaran bahan-bahan tersebut ke laut, seperti yang diterapkan di Jakarta, tepatnya pengolahan limbah domestik di kawasan Setiabudi,

"Kalau pencegahan pencemaran limbah skala industri aman, karena mereka sudah ada kewajiban, namun untuk domestik tidak ada kewajiban, sehingga kami mendorong setiap daerah memiliki pengolahan limbah secara mandiri," katanya.

Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut (PKSPL) Institut Pertanian Bogor, Ario Damar mengakui temuan sumber pencemaran laut selain plastik masih terus dikaji.

"Dan melalui kegiatan workshop ini tidak hanya dapat mengidentifikasi pencemaran laut selain plastik, tapi juga bisa disampaikan kerusakan yang akan terjadi apabila terakumulasi," katanya

Ia mengatakan, bertemunya beberapa ahli ini juga diharapkan bisa menjadi informasi dan pengetahuan terkait pencemaran laut dan lingkungan, sehingga bisa mencapai tujuan utama lingkungan yakni menjadikan laut yang sehat.

"Harapannya bisa memperoleh gambaran apa yang ditemukan dari pergurungan tinggi, kemudian bisa dipetakan dan diteliti lagi apabila terakumulasi," katanya.

Baca juga: Butuh dana besar untuk olah 8 juta ton limbah peremajaan sawit
Baca juga: Sungai di Sukabumi bakal ditata untuk wisata dan pengolahan limbah
Baca juga: Gubernur Khofifah sidak instalasi pengolahan air limbah kulit Magetan

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019